Share Your Story

Senin, 25 November 2013

KETIKA CINTA HARUS MEMILIH (Cerita Bersambung)


<marquee>TEKS YANG BERGERAK</marque

Create by : Dian kelcez

Ketika cinta harus memilih ( Part I )
6 tahun silam,
                Rafael, siswa SMA kelas 2 itu menggandeng tangan kekasihnya yang satu tahun lebih tua darinya dia bernama Vianka Adelia, Vianka adalah kakak kelasnya di SMA KARTINI , Vianka duduk dikelas 3. Pagi ini mereka berjalan bersama  menyusuri taman, menikmati hamparan rumput dan  bunga bunga yang indah , mereka berjalan dengan senyum yang tidak pernah pudar sedikit pun. Bagi remaja seusia mereka, hal seperti itu adalah hal terindah yang tak terlupakan, mereka tak perduli ocehan teman-teman mereka yang mengatakan mereka adalah pasangan yang konyol karena jarak usia.
***
Satu tahun kemudian,
                Pagi ini Vianka Adelia akan berangkat ke Jerman untuk Melanjutkan Study-nya di kota Dusseldorf, ibukota dari negara bagian Nordrheiin westfalen. Kota ini juga terkenal dengan pusat fashionnya dan butik-butiknya di sepanjang Konigsalle, Rafael adalah salah satu orang yang berat untuk untuk melepas kepergian Vianka ke Jerman, meski berat Rafael tidak mampu menahan Vianka untuk tinggal di sini.
***
Beberapa bulan setelah keberangkatan Vianka ke Jerman,
                “Aku tak mengerti, kenapa Vianka jadi sesibuk ini.” Keluh Rafael kepada salah satu teman se kelasnya. “dulu dia menelfonku 2 kali sehari tapi akhir-akhir ini dia menelfonku atau sekedar mengirim email dan sms tiap 2 hari sekali.” Lanjut Rafael, temannya terus mendengarkan keluhan Rafael tentang komunikasinya dengan Vianka yang tidak lancar. Rafael percaya bahwa Vianka adalah tipe perempuan yang konsisten terhadap segala ucapan dan janji-janjinya. Meski tembok berlin memisahkan mereka. Itu lah yang membuat Cinta dalam hati Rafael tak pernah terkikis jarak.
***
Pertengahan tahun 2010,
                Rafael telah menyelesaikan S1-nya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Jurusan Bahasa Jerman, hingga dia Lulus menyandang gelar Sarjana, Dia masih setia dengan kekasihnya,Vianka. Meski 4 tahun terakhir ini Vianka tidak pernah memberi kabar kepada Rafael.
                Awal  masuk di Universitas Indonesia dia telah bertekad akan menyusul kekasihnya itu ke negara jerman setelah dia menyelesaikan S1-nya, dan sekarang Rafael telah menyelesaikan S1-nya dia sangat bahagia karena hari yang dia tunggu-tunggu telah datang, namun di sisi lain dia menjanjikan sesuatu kepada ayahnya 2 tahun lalu dan sekarang saatnya dia menepati janji itu tapi sayang nya sampai sekarang Rafael masih belum bisa menepati janji nya untuk memperkenalkan seorang gadis kepada orang tuanya sebagai Calon istrinya. 2 tahun yang lalu kedua orang tua nya meminta Rafael untuk menikah dengan Erika Rusadi putri tunggal  dari rekan kerja ayahnya. Rafael telah menolak permintaan ayahnya ketika pertama kali di tawari untuk menikah dengan Erika, namun penolakannya itu di tepis oleh ayahnya,
“Jangan terlalu terburu-buru menolak perjodohan mu dengan Erika, Ayah minta perkenalkan Ayah kepada gadis yang kamu cintai,! Jika sampai kamu lulus , kamu masih belum juga memperkenalkan satu orang gadis pun pada ayah, tak ada salahnya jika ayah minta kamu menikah saja dengan Erika!” tegas ayahnya, tidak tahu kenapa kata setuju dari bibir Rafael terucap begitu saja.
“Bagaimana Kalau sampai aku Lulus Vianka belum bisa nemuin aku? Apa aku harus menikah  dengan Erika?” ucap batinnya keras. Saat itu Rafael hanya terdiam dan keyakinannya untuk menikahi Viianka sangat kuat, namun menatap kenyataan yang terjadi , keraguan hebat menyelimuti hati nya.
Hari ini adalah saat-saat dimana dia harus memperkenalkan calon Istrinya kepada kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya telah menunggu hari ini dengan penuh suka cita, namun berbeda dengan Rafael, hatinya bimbang, tahun ini Vianka harusnya sudah pulang ke Indonesia, tapi sehelai ramputnya pun belum terlihat di depan Rafael. Sempat ada rasa jengkel di hati Rafael namun dia segera mengusir perasaan itu, Rafael mencoba menjelaskan kepada kedua orang tuanya, dia mencoba bernegosiasi dan sekaligus meminta sedikit waktu untuk berpikir sekali lagi sebelum mengambil keputusan untuk menikah, menurut Rafael sendiri pun menikah bukan hal sepele yang harus di laksanakan dengan sembarang orang. Sayangnya kedua orang tuanya tidak bisa bernegosiasi lagi, tahun depan di usianya yang ke 28 dia harus sudah merencanakan pernikahan, minimal dia harus bertunangan.
***
Awal tahun 2011,
                Tahun baru telah lewat,awal  tahun ini Vianka pulang ke Indonesia. Hatinya sangat bahagia, dia tidak sabar menemui kekasihnya itu. Di saat yang sama ketika Vianka sampai di Indonesia,ternyata Rafael telah memutuskan untuk bertunangan dengan Erika,Toh Cuma tunangan!. Rafael pun sampai di rumah keluarga Rusadi untuk melangsungkan acara pertunangannya dengan Erika. Meski setengah hati, Rafael melangkah masuk rumah dengan senyum yang misterius antara yakin dan tidak.
***
12 Februari 2011,
                Rafael membuka emailnya, ada 3 email yang belum di baca. 2 email dari teman kuliahnya Hendri firmansyah yang berisi curahan hatinya mengenai seorang gadis yang menolak lamarannya untuk lebih memilih menikah dengan laki-laki  pilihan kedua orang tuanya. Dan satunya lagi dari Danang Firdian yang berisi artikel-artikel politik Ekonomi di  Jerman. Dan 1 email dari... Vianka Adelia... saat membaca bahwa email itu di kirim dari Jerman Rafael kaget bercampur senang, dia langsung membuka email itu,
From : VIANKA ADELIA
Date : Monday, 07 Februari 2011

Guten Morgen (dalam bahasa Jerman;Selamat pagi), aku tau kamu masih setia menantiku, maaf kalau aku pergi terlalu lama, aku di sini merindukan kamu dan aku putuskan untuk pulang ke Indonesia bulan ini, tanggal 11 februari. Mungkin tanggal 14 februari tepat di hari ulang tahun mu baru bisa menemui mu,Aku akan kerumahmu hari itu.”
                Rafael bergetar, kenapa dia tidak lebih dulu membuka Email nya daripada menyetujui pertunangannya dengan Erika? Kalau saja dia lebih dulu membuka Emailnya tentunya dia tidak akan mengambil keputusan bertunangan dengan Erika. Hatinya bimbang apa yang harus dia katakan kepada Vianka jika Vianka tahu kalau ternyata kesetiannya telah tersia-sia kan . Hatinya bahagia karena akhirnya dia bisa bertemu dengan Vianka, dua hari lagi Vianka Adelia kekasih yang sangat di nanti-nantinya akan menemuinya, namun ada perasaan ragu karena 2 bulan lagi dia harus melamar Erika secara resmi.
***

14 februari 2011,
Ketika kedua pasang mata indah itu bertemu, keduanya tersentuh badai cinta yang lama tidak mereka rasakan, hati mereka meleleh bagai Es di kutub yang tersentuh mentari. Mereka teringat 6 tahun silam ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas, ketika mereka bolos berdua dan pergi berdua ketaman kota. Saat berlarian di tengah taman tak perduli meski hujan membasahi tubuh mereka.
“Kamu masih seperti dulu, aku harap cintamu juga masih seindah dulu!” ucap Vianka. Rafael terus mendengarkan cerita demi cerita yang keluar dari bibir Vianka sambil terus memandangi nya.
“Aku ingin kamu menikahi ku seperti harapan kita untuk hidup bersama, kamu masih ingat kan saat itu!” pinta Vianka.  “Saat kita duduk berdua di bawah pohon belimbing di tengah taman kota, tiba-tiba kita punya harapan buat menikah,,hehehe’ lucu ya?!” lanjut Vianka dengan senyum kecilnya,Ketika ia teringat peristiwa-peristiwa 6 tahun silam yang sepertinya tidak pernah ia lupakan.
Rafael tersentak mendengarkan Ucapan Vianka. Jiwanya Lemas dia sangat bahagia namun di sisi lain dia bingung menentukan sikap terbaik , akankah pertunangannya dengan Erika di batalkan begitu saja, bagaimana kekecewaan yang di tanggung oleh keluarganya dan keluarga Rusadi, Dia juga tidak mungkin mengatakan kepada Vianka tentang pertunangannya dengan Erika. Rafael tahu jika dia mengatakan semua ini kepada Vianka. Vianka akan sangat terpukul, parahnya lagi dia akan sangat membenci Rafael.
***
Awal Maret 2011,
Malam ini rafael tidak bisa tidur, dia duduk di pinggir tempat tidurnya,Saat ini Dia di hadapkan pada situasi yang sangat rumit, dan sangat menguras pikirannya yaitu saat dimana dia harus menentukan pilihan dan ketika Cinta harus memilih, Rafael pun tak bisa menghindar dan keadaan ini memaksa nya untuk berpikir matang-matang,,,,
To be continued...


KETIKA CINTA HARUS MEMILIH ( PART II )

Pertengahan  bulan Maret 2011,
                Keluarga Rafael telah sibuk merencanakan acara lamaran Rafael dengan Erika bulan depan. Rafael sendiri merasa ragu untuk melangkah maju, hatinya ingin menolak perjodohan itu sebelum terlambat. Namun, nuraninya berkata lain, dia masih menimbang-nimbang akibat dari kecerobohannya jika ia membatalkan acara lamaran yang hanya tinggal menghitung minggu.
Di Ruang tengah,
“Rafael,” panggil Ibunya dari ruang tengah, Rafael segera bergegas menuju arah suara tersebut. Sampai di ruang tengah Rafael melihat sesosok gadis mengenakan jilbab hitam duduk di samping ibunya. Ya itu adalah Erika. Rafael berjalan menghampiri Ibunya yang tengah mengobrol dengan Erika,calon menantunya itu.
“Iya bu, ada apa manggil Rafael?” tanya Rafael santai.  Ibunya hanya diam dan tersenyum kepada Rafael, Rafael menangkap perasaan aneh di balik senyum Ibunya itu. Ibunya beranjak  dari tempat duduknya,
“Raf, hari ini kan kamu banyak waktu kosong, daripada kamu di kamar  terus. Sana gih pergi jalan-jalan sama Erika, Erika sudah jauh-jauh kesini lo!” ujar Ibunya. Tidak tahu kenapa Rafael begitu sulit dan enggan mengucap kata ‘Tidak’. Tak lama setelah Rafael berganti baju, dia segera pergi dengan Erika.
Di jalan,
“Raf, apa kamu yakin ingin menikahi ku?” tanya Erika. Rafael terkaget-kaget mendengar pertanyaan Erika yang tiba-tiba menanyakan satu hal yang ingin dia ungkapkan.
“Erika, mungkin pengakuanku ini akan begitu menyakiti kamu!” ucap Rafael dengan perasaan bersalah kepada Erika. Erika tersenyum kepada Rafael, dan saat kedua mata mereka bertemu Rafael merasakan Desir aneh yang tak seharusnya dia rasakan kepada perempuan lain selain Vianka. Rafael melihat sudut demi sudut wajah Erika. Dan memang benar apa kata keluarga dan teman-temannya Erika adalah gadis sederhana yang mampu memukau mata laki-laki mana punyang menatapnya,namun sesegera mungkin Rafael mengalihkan tatapannya. Dia takut muncul perasaan yang tak seharusnya terjadi pada Erika.
‘ aku mencintai orang lain ‘ kalimat itu terucap begitu saja di bibir Rafael, Erika terlihat sangat shock mendengar apa yang baru saja Rafael katakan. Matanya berkaca-kaca,air matanya pun seolah ingin tumpah.  Tiba-tiba muncul perasaan bersalah kepada Erika.  Dia menyesal telah mengatakan hal itu, tapi dia harus mengatakannya demi kebaikan bersama.
“aku tidak akan mempermasalahkan perasaan mu yang tidak seutuhnya untuk ku, jika memang kamu mencintai orang lain aku tidak akan merusak pertunangan ini.  Aku akan tetap menunggu mu untuk bisa mencintai aku apa adanya.” Jawab Erika dengan yakin. Rafael tersentak kaget, dalam hatinya ia menginginkan Erika merelakan batalnya pertunangan ini, tapi Erika mengucapkan pernyataan yang bertolak belakang dengan apa yang Rafael harapkan. Rafael tersenyum kepada Erika untuk menutupi kekecewaan nya atas tanggapan yang di lontarkan dari mulut Erika.
***
Awal bulan April,
                Hari ini Rafael pergi ke toko berlian bersama Ibunya membeli sepasang cincin untuk acara Lamaran sekaligus menjadi Mahar dalam Ijab Kabul nya dengan Erika 2 minggu lagi. Tanpa di duga seorang perempuan memakai drees berwarna biru muda sedang mencoba-coba model cincin di toko tersebut. Rafael kaget bukan main melihat perempuan yang tidak lain dan tidak bukan adalah Vianka kekasihnya. Rafael sempat menghentikan langkah kakinya dan meminta Ibunya untuk mencari Toko berlian lain. Namun Ibunya menolak karena Toko tersebut adalah langganan Ibunya. Rafael tidak bisa menolak Ibunya dan terpaksa meneruskan ke arah toko tersebut. Rafael dan Ibunya berdiri di sebelah kiri Vianka namun masih ada jarak yang membuat Vianka tidak menyadari kehadiran Rafael di situ. Rafael terus berdoa semoga saja Vianka tidak menyadari kedatangannya.
“saya mau mengambil pesanan cincin minggu lalu mbak?” pinta Ibunya ke pada karyawan Di toko berlian tersebut.
Baru saja Ibunya berhenti berbicara kepada karyawan tersebut, Vianka menatap Ibu-Ibu tersebut dan menyadari bahwa ada sosok yang sangat dia cintai tepat di sebelah kiri Ibu-ibu tersebut. Ya, Rafael . Vianka segera menghampiri Rafael.
“Rafael, kebetulan banget kamu ada di sini ,aku lagi milih cincin yang bagus dan indah buat kita. Sama siapa?” tanya Vianka yang terlihat bahagia dengan keberadaan Rafael di situ.
“Siapa ini Raf, Teman kamu? Teman kuliahnya ya?” tanya Ibu Rafael kepada Mereka berdua. Rafael terlihat kikuk dan salah tingkah. Bagaimana dia bisa menyembunyikan pertunangannya dengan Erika dari Vianka jika dia di situ jelas-jelas dengan  Ibunya, Ibu yang sangat berharap putra pertamanya menikah dengan putri tunggal dari keluarga Rusadi yaitu Erika.
“ohh, ini Ibunya Rafael ya?’’ tanya Vianka yang langsunng mencium tangan Ibu Rafael. Dan tiba-tiba karyawan toko berlian datang dan menyerahkan sepasang cincin yang Indah kepada Ibu Rafael.
“aduh, Ibu ini calon menantunya ya, cocok kok, cantik. Ini cincin pesananya !” ucap Karyawan tersebut ,terlihat raut wajah bahagia di paras cantik Vianka. Namun berbeda dengan Ibu Rafael yang langsung menyangkal tebakan dari karyawan tersebut. Dan sekaligus mengatakan Rafael akan bertunangan dengan putri pengusaha ternama di kota itu yaitu Erika. Vianka terperanjat kaget. Dia tak mampu menyebunyikan perasaan nya itu. Dengan sopan tanpa  mengurangi rasa hormat, Vianka langsung pergi meninggalkan Toko Berlian tersebut tanpa sepatah kata pun, air matanya mengalir deras, berkali-kali Vianka menghentikan langkah kakinya berharap Rafael akan menahan kepergiannya. Namun, harapan itu tinggal harapan, entah mengapa Rafael yang begitu mencintai Vianka tidak mengejar Vianka. Vianka merasa sudah tidak berarti lagi di mata Rafael. Vianka menyesal membelakan diri pulang ke Indonesia hanya demi laki-laki yang telah menghianatinya. Kesetiannya selama ini hanyalah sia-sia saja,dan pada  akhirnya kebohonganlah yang Vianka dapatkan.
Di rumah,
Sesampainya di rumah Rafael selalu melamun,
 “Rafael ibu gak suka ya kalau kamu harus menyakiti perasaan Erika demi perempuan tadi...” bentak Ibunya. Namun, Rafael hanya diam seribu bahasa tak menjawab apapun. Dalam benaknya terpikirkan bagaimana menjelaskan segala kejadian ini kepada Vianka supaya dia mengerti bahwa Rafael pun sekarang dalam posisi yang sangat Rumit. Sesaat kemudian Rafael seolah mendapatkan semangat untuk menjelaskan masalah ini kepada Vianka. Dia segera bangun dari tempat duduknya dan pergi keluar rumah. Terdengar dari dalam rumah Ibunya melarang Rafael untuk pergi karena Ibunya tahu Rafael pasti ingin menemui perempuan tadi. Namun, Rafael tidak memperdulikan suara-suara itu, dia terus beranjak pergi.
***
Di depan rumah Vianka,
Pintu rumah Vianka tertutup rapat,tak seorang pun didepan rumahnya. Beberapa kali Rafael mengetuk pintu Rumah Vianka, namun tak ada satu pun yang membukakan pintu,jangankan membukakan pintu menyahut sapaannya pun tak ada. Rafael berpikir bahwa Vianka sedang berada di taman tempat biasanya mereka menghabiskan waktu berdua dulu, saat Rafael beranjak pergi dari teras rumah itu, terdengar suara pintu terbuka. Dia segera menoleh ke arah pintu,walaupun bukan Vianka yang membuka pintu dia sangat bahagia, setidaknya dia akan tahu dimana Vianka.
“Mas Rafael mencari mbak Vianka?” tanya penjaga rumah Vianka selama dia belajar di Jerman.
“Iya, Vianka ada”
“Loh, mbak Vianka  gak bilang apa-apa sama Mas Rafael ya?”
“Ngomong apa ?” tanya Rafael penasaran.
“Kok aneh ya, Bukannya hari ini Mbak Vianka memutuskan untuk kembali ke Jerman,” jawab Ibu-Ibu setengah tua itu.
Rafael sangat kaget mengapa secepat ini Vianka meninggalkan Indonesia, padahal baru beberapa hari yang lalu dia datang dan mengingat masa-masa terindah mereka berdua. Ada perasaan bersalah di hati Rafael, mengapa dia membiarkan Vianka kembali ke Jerman membawa Luka yang tak seharusnya ia torehkan di hati Vianka. Dengan sepenuh hati Rafael segera bergegas menuju Bandara terdekat.  Setelah sampai disana ternyata semua telah terlambat, Pesawat dengan tujuan Dusseldorf Jerman telah berangkat beberapa menit yang lalu. Tubuh Rafael lemas, seolah darahnya tlah berhenti mengalir,jantungnya tlah berhenti berdetak.  Air matanya mengalir, mengiringi kepergian Vianka yang membawa perih sakit hati yang dia buat.
***
Di tengah taman kota,
Vianka duduk termenung menghabiskan sesak-sesak sakit di dada nya yang seolah tak mau pergi dari hatinya. Kekecewaan itu merasuk begitu saja kedalam hatinya, Vianka tak habis pikir dengan jalan yang di ambil Rafael. Mengapa semudah itu Rafael melupakan dia? Dan lebih tragisnya lagi Rafael menikah dengan perempuan lain sebelum mengatakan perpisahan dengannya
Vianka masih terisak dalam tangisnya, dia menggenggam erat  tiket pesawat di tangannya. Vianka mengurungkan niatnya untuk berangkat ke Dusseldorf  hari ini, dia tak akan pernah kembali ke Dusseldorf  sebelum mengucapkan selamat kepada Calon Istri Rafael.
***
Seminggu menjelang acara Lamaran,
Suasana bahagia menyelimuti kedua belah pihak keluarga, mereka menanti hari yang di tunggu-tunggu. Hari dimana kedua anak mereka akan bersanding dalam pelaminan, berharap kan menjadi keluarga yang bahagia. Hari ini keluarga dari Rafael telah menyelesaikan segala acara Lamaran begitu juga keluarga Rusadi. Tinggal menghitung hari saja hari bahagia itu akan di langsungkan. Meski Rafael masih sangat berat untuk melangkah ke depan, Setiap Ucapan  Erika membuatnya perlahan-lahan mampu memantapkan diri untuk menikah. Rafael memutuskan untuk melamar Erika minggu depan, Lagi pula Vianka pasti  tak akan mau lagi menemuinya dengan semua kejadian yang melukainya ini. Tak akan ada gunanya lagi dia mencoba menjelaskan setiap baris masalah yang rumit ini, Rafael pun tak ingin Vianka masuk ke dalam dinamika kerumitan keluarganya ini. Mungkin ini lah jalan terbaik yang mesti di ambil olehnya.
***
Di kediaman Keluarga Rusadi,
Hari ini setiap orang tersenyum kepada Rafael dan Erika, hari ini adalah hari yang telah ayahnya janjikan 2 setengah tahun silam yaitu meresmikan hubungan Rafael dengan putri tunggal dari Keluarga Rusadi. Matahari mulai memunculkan sinar-sinar hangatnya, beberapa tamu sebagai undangan dalam acara Lamaran itu mulai berdatangan, beberapa saat kemudian Acara itu di mulai. Akad nikah akan di laksanakan 2 hari seteah hari ini yaitu tepatnya pada tanggal 18 April 2011, dan ke esokan harinya dilanjutkan dengan Acara  Resepsi pernikahannya akan dilangsungkan dengan adat jawa yang masih di pegang kuat oleh keluarga Rusadi.
***
 Setelah acara lamaran,
“Aku ingin bertanya sekali lagi sama Mas Rafa, apakah Mas Rafa telah yakin untuk menikahi Erika? Erika tak akan memaksa jika memang Mas Rafa tak akan bahagia bersama Erika, Erika Pun akan tetap tabah meski Mas Rafa ingin membatalkan semua ini! ingat Mas menikah itu bukanlah hal mudah, menikah juga bukan permainan belaka. Menikah adalah salah satu sunah Nabi kita, bukankah kita tak ingin ada kegagalan dalam berumah tangga?” ucap Erika dengan suara pelan. Setiap kata yang Rafael dengar dari mulut Erika seolah embun yang menetes dalam kering hatinya, menyejukan dan membuatnya merasa tak tega bila harus melukainya. Rafael melihat keseriusan di diri Erika untuk menikah dengannya meski Erika tahu persis bahwa hatinya belum seutuhnya untuk Erika. Rafael sangat menghargai kesungguhan Erika, Erika pun begitu sabar meski dalam kondisi yang meragukan dari Rafael sendiri.
“Aku sudah yakin akan menikahi mu , percayalah bahwa pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang terakhir untukmu, dan aku juga akan menjadi suami pertama dan terakhir dalam hidupmu” jawab Rafael dengan Mantap.
Terlukis wajah bahagia di setiap sudut parasnya. Erika merasa puas dengan jawaban yang di berikan Rafael beberapa detik yang lalu itu. Mereka terdiam dalam kebisuan hati, Erika tak berani bertanya lagi, baginya jawaban itu sudah lebih dari cukup untuk memperjelas langkah yang akan di jalani.
***
Di Kamar Rafael,
“ Raf, mau kemana kok sudah rapi?” tanya Ibunya.
“gak tau Bu, tiba-tiba Erika minta di antar ke tempat temannya, nanti sekalian Rafael shalat Magrib di sana,” jawab Rafael.
***
Dalam perjalanan ke Tempat dimana Erika membuat janji dengan temannya,
Hari itu Erika terlihat cantik, dengan Jilbab berwarna Abu-abu . Wajahnya bersinar menyiratkan seribu kebahagiaan. Beberapa menit kemudian sampailah mereka di depan sebuah restoran yang sering Rafael datangi dengan Vianka, ada perasaaan tak enak dalam hati Rafael ketika ia masuk kedalam Restaurant itu, namun Rafael segera mengusir perasaan itu.
Di meja paling pojok di samping jendela berukuran panjang terlihat seorang perempuan menggunakan baju berwarna Merah hati dengan rambut lurus yang tergerai di pundaknya, Rafael menangkap sesuatu pada perempuan itu, sepertinya perempuan itu sangat akrab di ingatan Rafael. Dan ketika Rafael sampai di depan perempuan itu. Betapa kagetnya Rafael melihat Seseorang yang begitu dia cintai kembali lagi , dan parahnya Erika calon Istrinya lah yang mempertemukan sepasang kekasih yang terpisah ini.
“Mas Raf, sebelumnya Erika minta maaf. Bukan maksud Erika membuat Mas Rafa marah dengan Sikap Erika yang sungguh ceroboh ini. Erika tahu jika dengan mempertemukan Mas Rafa dengan Mbak Vianka ini bisa saja menghancurkan rencana pernikahan kita yang tinggal dua hari lagi,” ucap Erika dengan tenang. Rafael masih bingung dengan kemauan Erika, hanya Erika lah satu-satu perempuan yang Rela melihat calon suaminya bertemu dengan Kekasih nya dan mungkin saja akan menumbuhkan kembali perasaan cinta yang belum sepenuhnya hilang dari Rafael ataupun Vianka.
“Apa maksud kamu dengan mempertemukan aku dan Vianka di sini, lalu dari mana kamu tahu tentang aku dan Vianka, ? dan Kamu Vianka bukankah beberapa hari yang lalu kamu telah berangkat ke Jerman?” tanya Rafael dengan wajah yang sangat serius. “Sebenarnya ada apa ini semua?” Lanjutnya.
Mereka bertiga terdiam dalam keriuhan para pelayan restaurant tersebut, sampai Vianka memberanikan diri berbicara setelah terdiam membisu selama dia duduk di tempat itu.
“Aku tak menginginkan apa-apa dari kalian berdua, aku hanya ingin mengucapkan selamat atas kebahagiaan kalian, semoga kalian di berikan kesempurnaan dalam berkeluarga. Aku disini bukan lagi sebagai kekasih mu yang selalu berharap kamu datang dan kembali kepadaku Raf, aku di sini sebagai seorang masa lalu mu yang datang dan ingin meminta mu untuk membahagiakan perempuan sebaik Erika, dia adalah perempuan yang baik Raf,” jawab Vianka dengan wajah yang sayu, matanya hampir mengeluarkan air mata, Rafael pun sebenarnya menyadari hal itu. Ingin sekali Rafael mendekap Vianka dalam pelukannya dan menyapu air mata yang hampir meleleh di ujung mata indahnya itu, namun saat ini dia sedang berada di sisi Erika, betapa sakit perasaan Erika jika melihat Calon suaminya memeluk perempuan lain di depan mata kepalanya. Rafael mengurungkan niatnya tersebut.
“untuk kesekian kalinya Erika minta maaf mas, beberapa hari yang lalu ketika Erika tengah berkunjung ke rumah Mas Rafa, Erika sempat membuka akun Email Mas Rafa yang saat itu masih belum ditutup di laptop Mas Rafa. Erika memang lancang telah membuka akun seseorang tanpa meminta Izin,  apalagi itu adalah akun Mas Rafa. Namun, dengan semua itu akhirnya Erika tahu siapa orang yang begitu Mas Rafa cintai itu, dan tidak salah Lagi dia adalah Mbak Vianka ini, entah kenapa Erika ingin sekali menemui Mbak Vianka ini. jadi sepulang kita jalan-jalan beberapa hari yang lalu Erika sempat menanyakan Alamat lengkap Mbak Vianka ke adik Mas Rafa, Dan alhamdullilah Kita di pertemukan, kita mengobrol banyak hal tentang Mas Rafa, Apa kesukaan Mas Rafa, bagaimana Membuat Mas Rafa tersenyum saat bersedih dan masih banyak lagi. Mas Raf, Erika menyadari, bahwa sebenarnya Erika lah penyebab runtuhnya hubungan Mas Rafa dengan Mbak Vianka, dalam hati Erika ada perasaan tidak enak  tapi bagaimanapun juga Erika di sini hanya Ingin patuh kepada kedua orang tua Erika yang menginginkan Erika menikah dengan Mas Rafa. Seiring berjalannya waktu itu pun, Erika mulai mengaggumi dan mulai mencintai Mas Rafa. Tapi, kalau memang kita tidak lah berjodoh, Erika pun tak akan berkecil hati Mas, sekarang untuk ke-3 kalinya Erika meminta kepastian Ke Mas Rafa apakah Erika masih pantas berharap dengan Cintamu Mas?” ucap Erika penjang lebar. Perasaan itu muncul lagi di dalam diri Rafael, Rafael benar-benar tidak bisa mengartikan desir-desir aneh itu, Sekali lagi Rafael membeku ketika mendengar setiap kalimat yang terucap dari bibir Erika.
Sebelum Rafael sempat untuk menjawab pertanyaan dari Erika, Vianka tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya, Vianka mohon diri untuk pergi karena sebentar lagi dia ingin  mengurus keberangkatannya ke Jerman. Lagipula tak akan ada gunanya jika dia terus berada di tempat itu. Dia tahu semakin lama dia di situ akan semakin memperburuk keadaan dan juga akan lebih menyakiti perasaannya sendiri. Rafael sangat ingin menahan Vianka agar tidak pergi, Namun ada perasaan tidak enak jika dia menahan Vianka agar tetap di hadapannya sementara Calon Istrinya menunggu jawaban atas kelanjutan hubungan serius ini.
Rafael masih belum menjawab, matanya masih tertuju kepada Vianka yang tengah berjalan keluar dari restaurant. Vianka keluar dengan air mata yang terus mengalir, hatinya benar-benar telah hancur hari itu. Di situ, di tempat dimana  Vianka dan Rafael orang yang paling di cintainya pertama kali bertemu, di situ pula lah kisah Cinta mereka berakhir dan di tempat itu juga lah tempat terakhir mereka bertemu. Vianka seolah tak mampu menahan perih sakit hatinya. Sebenarnya dalam hati kecil Vianka sangat berharap Rafael akan mengejarnya dan menahannya pergi untuk kedua kalinya. Namun, harapan tinggalah harapan untuk kedua kalinya juga Vianka terkecewakan lagi dengan harapannya yang sia-sia.  Sedangkan Erika terus saja memperhatikan Rafael yang sedang menikmati detik-detik perpisahaannya dengan Vianka. Erika menyadari betapa beratnya melepas kekasih yang sangat di Cintai. Erika membiarkan Rafael terus menatap kepergian Vianka, hingga Vianka keluar dari restaurant itu. Setelah Vianka keluar dari Restaurant dan masuk kedalam sebuah mobil berwarna silver itu, Erika memberanikan diri untuk menegur Rafael.
“Sudah jauh Mas Mbak Vianka nya?” tegur Erika pelan sambil menyentuh pundak Rafael. “Mas Soal pertanyaan Erika tadi, apa kah sudah bisa di jawab?” tanya Erika sekali lagi.
“Erika, yakin atau tidak yakin aku akan tetap menikahimu! Izinkan aku meminangmu dengan Bissmillah!” Jawab Rafael yakin. Untuk kesekian kalinya desir-desir aneh itu muncul lagi. Bahkan Erika tak mampu menyembunyikan raut wajah bahagianya, wajahnya memerah menambah Indah setiap sudut paras cantik itu.
***
18. April 2011,
                Pagi ini matahari agak mendung, awan gelap menutupi langit indah yang seharusnya mengantarkan kebahagiaan keluarga Rafael dan Erika menuju Ridho Allah. Cuaca memang sedikit tidak mendukung. Namun, semua itu tidak mengurangi kebahagiaan kedua belah pihak keluarga sedikit pun.
Acara Ahad nikah berlangsung dengan khidmat, Erika terlihat menawan dengan balutan gaun berwarna putih, dengan jilbab yang senada dengan pakaiannya. Setelah Acara Ahad Nikah, keluarga masih sibuk dengan pelaksanaan Resepsinya yang di gelar begitu mewah. Kesibukan tersebut tak mengurangi sedikitpun perasaaan bahagia di hati Kedua belah pihak keluarga.
***
Keesokan harinya,
                Lampu-lampu bersinar begitu terang, tiang-tiang di hotel itu di hias sedemikian rupa oleh para Wedding Organizer-nya sehingga tampak kokoh dan megah. Para Undangan mulai berdatangan. Hari itu Rafael dan Erika terlihat begitu serasi, mereka bagaikan seorang raja dan Ratu yang bahagia.  Erika terlihat anggun dengan gaun indah yang di padukan dengan Unsur jawa, begitu pula dengan Rafael yang begitu gagah dengan pakaiannya.
Rafael melihat-lihat ke segala arah, matanya bertemu dengan seseorang  di ambang Pintu, dia adalah Vianka. Erika sengaja mengundang Vianka ke acara  tersebut.  Vianka menghampiri mereka berdua dan langsung memeluk Erika yang berdiri di samping Rafael.
“Aku terlalu bahagia melihat kalian bisa bersanding di atas pelaminan ini, aku berharap kalian akan menjadi keluarga yang sakinahh, jaga baik-baik suami mu Ka! Kau adalah wanita terbaik yang pantas untuk Rafael.” Ucap Vianka dalam pelukan Erika,dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
“Aku tahu Mbak ini berat buat Mbak, tapi tolong Ikhlaskan Mas Rafa untuk bersanding bersama Erika” jawab Erika. Kali ini Erika seolah tak mau kalah dengan segala Ucapan manis dari Vianka. Erika tahu saat ini dirinya lah yang berhak atas Rafael, karena Rafael sekarang telah menjadi Imam dalam keluarganya. Menjadi penunjuk untuk dirinya dan anak-anaknya nanti.
***




KETIKA CINTA HARUS MEMILIH (PART III)
2 tahun setelah pernikahan,
                Keluarga Rafael dan Erika begitu bahagia, Rafael adalah suami yang sangat bijaksana. Dia tak pernah memaksakan kehendaknya sendiri, Begitu pula dengan Erika dia selalu memberikan yang terbaik untuk Suaminya. Tak  pernah mengeluh walaupun tersakiti oleh sikap suaminya yang kadang-kadang masih seperti anak kecil. Tak pernah marah saat di tegur karena kesalahannya. Mereka melewati setiap cobaan dengan senyuman betapa bahagianya hidup mereka meski dalm keluarga mereka belumlah sempurna dengan adanya seorang buah hati yang di percayakan Allah kepada merekka.
***
Beberapa bulan kemudian,
                Hari ini tubuh Erika begitu lemas, badannya terasa sakit semua. Rasanya dia tak mampu menahan sakit itu, semua pandangannya kabur dan saat dia terbangun dia telah tertidur di dalam kamarnya. Rafael dan seorang dokter telah berada di dekatnya, Erika mencoba untuk mebangunkan tubuh lemasnya namun kepalanya yang masih terasa pusing membuat nya tak mempu membangunkan tubuh kecilnya itu. Air matanya meleleh di pipi manisnya.
“Kenapa Mas akhir-akhir ini Erika sering pusing dan jatuh pingsan sebenarnya Erika sakit apa?” tanya Erika. Rafael menyapu air mata Erika yang mengalir di pipinya dan mencium kening Istrinya itu.
“Tak ada apa-apa denganmu! tenanglah dokter akan memberikan yang terbaik untuk kamu.” Jawab Rafael menenangkan Erika. Beberapa hari yang lalu ketika Dokter memeriksa Rahim Erika, Dokter telah mengatakan bahwa ada sel kanker di dalam Rahim Istrinya itu. Kemungkinan besar kanker itu akan mengakibatkan kemandulan bagi Erika. Sebenarnya Rafael tidak percaya dengan apa yang di dengarnya dari Dokter. Namun, 2 hari yang lalu dokter menunjukkan hasil tes dari laboratorium rumah sakit dan memang ada sel kanker yang tumbuh dalam Rahim Erika. Saat melihat hasil tes tersebut Rafael begitu kaget, dia tidak mempermasalahkan jika Erika tak mampu mengandung yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana ia mengatakan kepada Erika tentang penyakit yang di Idapnya, apakah dia harus diam melihat Istrinya kesakitan atau dia harus mengatakan kepada Erika tentang semua ini yang secara tidak langsung justru akan memperparah keadaanya karena dengan mengatakan semua ini kepada Erika, Erika akan merasa terpukul dan tragisnya lagi dia akan merasa tak berguna di depan suaminya.
Dengan  berat hati Rafael mengatakan tentang kondisi Erika yang kemungkinan besar tidak bisa mengandung, namun Rafael tidak berani mengatakan tentang penyakit yang di derita oleh Erika, karena takut Erika akan merasa sedih dan putus asa.
***
Rafael dan Erika tengah berjalan-jalan di Taman. Pagi ini matahai bersinar begitu cerah, udara dingin menemani pagi mereka. Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba pandangan Rafael tertuju kepada seorang gadis memakai seragam SMA  sedang duduk sendirian di bawah pohon belimbing.
“Siapa Mas? Apakah mas mengenalnya?” tanya Errika kepada Rafael yang saat itu tengah melihat gadis yang beberapa tahun yang lalu masih sering dia ajak bermain, yang dulunya sering ketakutan saat bertemu dengannya.
“Dia Mitha, dia adalah adik dari Vianka.” Jawab Rafael.
“Mengapa kita tidak menghampiri gadis itu Mas, siapa tahu bisa tanya-tanya kabar mbak Vianka?” usul Erika. Rafael tersenyum kepada Erika, betapa manis senyum yang tersirat dari ketulusan hati Rafael itu. Rafael menggandeng tangan Erika dan berjalan ke arah gadis itu. Dari kejauhan Mitha telah menyadari kedatangan Rafael bersama Erika tersebut.
“Kak ?” sapa Mitha kepada Rafael. Mitha sedikit ragu untuk menyapa Rafael. Ada banyak perubahan di diri Rafael yang membuat Mitha sempat tak mengenali Rafael.
“Dengan siapa kesini? Bagaimana kabar kakakmu? Kakakmu belum pulang dari jerman?” tanya Rafael sambil duduk di depan Mitha yang kebetulan ada 2 tempat duduk.
“Memangnya kakak tak pernah mengatakan sesuatu ke Ka Rafa? Kak Vianka tak pernah kembali ke Jerman setelah kejadian 2 tahun lalu kak, tepat saat kakak menikahi perempuan lain padahal saat itu kalian berdua masih dalam satu hubungan.” Jelas Mitha.
“Jadi dia tak pernah kembali ke Jerman? Lalu bagaimana keadaannya sehat-sehat sajakan?” tanya Rafael. Ada sedikit perasaan cemburu di hati Erika ketika Rafael begitu bersemangat menanyakan kabar tentang Vianka kepada Gadis itu, seolah-olah Rafeal begitu merindukan sosok kekasih yang sangat di cintainya itu dan mungkin sekarang Rafael masih mnecintai Vianka walaupun perasaannya tak seperti dulu lagi. Erika ingin mengajak Rafael untuk pergi saja dan berhenti menanyakan satu hal pun tentang Vianka namun Erika tak mungkin melalakukan itu, sebelumnya dia lah yang memberikan saran kepada Rafael untuk menghampiri Mitha dan menanyakan sedikit kabar tentang Vianka. Erika hanya bisa diam, karena dia pun tak begitu mengenal sosok Vianka apalagi Seseorang yang ada di hadapannya itu yaitu Mitha.
“Iya, tapi sekarang ini dia  begitu mengenaskan kak, badannya kurus kering. Setelah kejadian yang menguras pikirannya 2 tahun silam membuat semangat Hidup kakak hilang. Dia seolah tak berarti lagi untuk hidup, kami dari keluarga telah membawanya ke psikolog untuk di cek apakah ada kerusakan di syaraf otaknya atau tidak,tapi hasilnya Nihil tak ada masalah apapun yang terjadi  atau dalam bahasa singkatnya kakak sehat-sehat saja. Kami sempat bingung dengan keadaan kakak yang semakin hari semakin menurun, dia habiskan waktunya di tempat tidur. Kadang Mitha sedih kalau melihat kondisi Kakak sekarang ini.” jawab Mitha dengan wajah penuh Iba. Seolah ada beban berat yang mengganjal pikirannya.
Begitu mendengar cerita dari Mitha, Erika tiba-tiba merasa getaran aneh di seluruh tubuhnya. Ada perasaan bersalah kepada perempuan yang dia temui 2 tahun silam, dia bertanya-tanya apakah ini salahku?. Erika melihat Rafael yang langsung terdiam membisu ketika Mitha bercerita tentang nasib Kakaknya yang begitu tragis. Erika melihat raut –raut kesedihan di Wajah Rafael, senyumnya memudar setiap sudut wajahnya kini berubah.
“Mas, apa tidak seharusnya kita menengok Mbak Vianka, ? mungkin saja dengan kedatangan Mas Rafa Mbak Vianka akan merasa senang dan sedikit demi sedikit merubah kebiasaanya yang merusak kesehatannya sendiri ini.” ucap Erika. Sebenarnya Rafael merasa caanggung jika harus mengiyakan usulan Istrinya. Dia takut jika Istrinya akan merasa cemburu dengan segala respon yang terjadi di dirinya. Namun, Rafael tak mampu menyembunyikan rasa keingin tahuannya mengenai kondisi Vianka dari cerita Mitha.
“Apa ini tidak akan membuat mu terluka ?” Tanya Rafael kepada Erika. Erika terdiam, dia tak mampu menjawab. Jika dia menjawab tidak, sama saja dia membohongi suaminya dan hatinya sendiri. Tetapi jika dia mengatakan iya, Rafael akan merasa tidak enak kepadanya.
Dengan membaca raut wajah istrinya itu Rafael telah menangkap sedikit kecemburuan di hati Erika, namun Rafael tak mau menyalahkan perasaan Erika karena pada dasarnya perasaan cemburu itu lah yang membuat Rafael yakin betapa besar cinta Erika kepadanya, asalkan cemburu itu tidak melampaui batas wajarnya.
***
2 hari setelah pertemuan mereka dengan Mitha,
                Rafael nampak termenung di kursi ruang tengah, koran di meja di biarkannya tergeletak. Kopi yang sejak pagi Erika buat untuknya pun tak di sentuh sama sekali. Erika tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Suaminya itu. Kegundahan hati seperti apa yang tengah melanda Jiwanya. Tiba-tiba terbayang dalam Benak Erika untuk mengajak Suaminya menengok Vianka. Awalnya Rafael sempat menolak ajakan Istrinya tersebut, karena Erika memaksa akhirnya Mereka sepakat untuk menengok kondisi Vianka.
***
Keesokan harinya,
                Rafael dan Erika sampai di rumah Vianka, sesampainya di sana Mereka di sambut hangat oleh Mitha. Mitha begitu bahagia melihat Rafael dan Erika yang mau menyempatkan diri untuk sekedar mengunjungi kakaknya. Mereka segera menuju tempat dimana Vianka menghabiskan hari-harinya yaitu di kamar berukuran 4x4 meter. Erika melihat ke sekeliling ruangan kamar tersebut. Terlihat foto Rafael yang tengah duduk bersanding dengan Vianka, dia mencoba mendekati foto-foto diatas meja kamar Vianka. Sedangkan Rafael tak mampu menahan air matanya yang mengalir begitu deras ketika melihat Vianka terbaring di tempat tidur dengan mata yang memerah karena terlalu banyak menangis. Rafael mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Menatapi segala kondisi yang terjadi pada Vianka. Dia tidak menyangka jika pernikahan ini membuat Vianka seruntuh ini.
Mitha menghampiri Erika yang tengah memandangi foto-foto di buku harian Vianka. Dia membaca setiap kata yang Vianka tulis dari kisah paling manis hingga kisah terpahit yaitu saat Pernikahan Erika dan Rafael. Pernikahan yang menghancurkan hidupunya, pernikahan yang membuatnya kehilangan sosok Rafael kekasih yang begitu dia cintai. Dan sejak saat itu lah Vianka berrhenti menulis dan mungkin berhenti menikmati masa-masa indah kehidupan.
“Kak Vianka sudah lama tak pernah menulis di buku harian itu, sejak 2 tahuun yang lalu tak satu kata pun dia tulis di situ, setiap hari Mitha berharap kakak menulis sepatah dua patah kata di situ agar Mitha bisa tahu apa yang sebenarnya kakak ingin. Tapi setiap Mitha membuka nya semuanya kosong. Saat pertama kali Mitha mengenal kak Rafa Mitha masih kecil belum tahu apa-apa tentang hubungan mereka namun beberapa tahun yang lalu ketika Kakak pulang dari Jerman dan mengatakan bahwa dia akan menikah dengan Kak Rafa Mitha baru menyadari betapa berartinya Kak Rafa untuk kakak. Suatu ketika kakak pulang dengan menangis, Mitha kaget melihat ekspresi Kakak yang seperti itu, tak biasanya kakak menangis separah itu. Setelah perasaanya tenang dia mulai bercerita tentang rencananya untuk menikah dengan Rafael adalah mimpi yang tak akan pernah terjadi dalam hidupnya. Dan sejak pertemuan kakak  dengan kak Rafa dan kak Erika, kakak mulai sering melamun sendiri. Sering telat makan bahkan pernah tidak makan seharian. Sebenarnya kakak masih harus melanjutkan study-nya di Dusseldorf tapi tiba-tiba saja semuanya berubah rencana untuk kembali ke Dusseldorf di batalkan begitu saja, Mitha pikir kakak akan melanjutkannya di Fakultas sastra Jerman di Indonesia. namun dugaan Mitha salah, kakak tak punya niat lagi untuk belajar. Dia ingin di rumah menikmati hari-harinya sendirian. Dan lama-kelamaan kondisi kakak semakin menurun, sering sakit-sakitan. Berat badanya pun menurun drastis, hingga seperti sekarang inilah kondisi kakak” Kata Mitha menjelaskan panjang lebar. Ada perasaan bersalah dalam hati Erika. Namun, ia segera menghilangkan perasaan tersebut. Dia segera beranjak dari tempat dia duduk dan duduk di tepi tempat Vianka tidur tepat di belakang tubuh Suaminya yang terlihat Iba menatap kondisi Vianka.
***
Beberapa hari kemudian,
                Hari ini Erika kembali merasakan pusing , dan merasakan sakit luar biasa di sekitar perutnya. Erika tak mampu menahan rasa sakit itu dan akhirnya dia jatuh pingsan sebelum menjalankan sholat Subuh. Rafael yang saat itu baru kembali dari kamar mandi mengambil air Wudlu sangat kaget mendapati Istrinya pingsan di atas sajadah. Segera lah Rafael mengangkat Istrinya dan memanggil dokter untuk segera datang, jam masih menunjukan pukul 04.00 dini hari. Dokter baru datang setelah pukul 06.00, Rafael terlalu kwatir dengan keadaan Istrinya, dia takut jika penyakit istrinya akan semakin parah. Dia kembali mengambil Wudhu dan mendirikan Sholat Subuh, setelah sholat Subuh hati dan jiwanya menangis sejadi-jadinya, dia berdoa untuk kesembuhan Istrinya yang tak berdaya
Sekitar pukul enam lebih lima belas menit seorang dokter perempuan datang ke rumah mereka, Rafael segera membawa dokter tersebut ke tempat Erika terbaring. Setelah memeriksa seadanya Dokter itu keluar dan meminta Rafael untuk menjalani Rawat inap bagi Erika di Rumah Sakit supaya keadaan Istrinya dapat terkontrol baik oleh dokter, sehingga tidak perlu takut jika sewaktu-waktu ada masalah. Dengan segera dokter akan melakukan penanganan. Namun, jika Rafael keberatanan Dokter telah menawarinya untuk menjalani Rawat Jalan.
***
“Mas Rafa, Erika boleh minta waktunya buat bicara berdua dulu Mas,?” Pinta Erika kepada Suaminya yang tengah Asyik menonton Tv. Rafael melihat Erika sejenak,wajahnya yang terlihat lebih segar daripada kemarin pagi membuat Rafael senang. Erika duduk di sebelah Rafael dan menyandarkan Kepalanya di pundak Rafael.
“Ada apa? Apa kamu merasakan sakit? Kamu baik-baik saja kan?” tanya Rafael kepada Erika. Erika tersenyum, lagi-lagi senyuman indah Itu menyejukkan hati Rafael.
“Erika tak merasakan sakit apapun Mas, tubuh Erika sehat-sehat saja seperti sediakala,mungkin kemarin pagi Erika hanya kecapekan dan kurang tidur jadi sedikit drop. Mas sebelumnya Erika Ingin meminta sesuatu kepada Mas Rafa,” ucap Erika sekali lagi. Rafael sedikit penasaran dengan gaya berbicara Erika yang hari itu sedikit berbeda dari biasanya.
“Memangnya ap yang ingin kamu katakan kepadaku sebenarnya?” tanya Rafael penasaran.
“Erika sudah tak mampu untuk mengandung Mas, Apakah Mas Rafa tak ingin mencari perempuan lain yang lebih pantas untuk menjadi Istri Mas Rafa?” tanya Erika dengan tenangnya. Rafael melirik wajah istrinya yang mengatakan hal itu dengan tenangnya, sedangkan dirinya langsung terkejut saat mendengar ucapan Istrinya itu. Rafael kaget bukan main, dengan jalan pikiran Istrinya itu. Kadan-kadang Erika memang sedikit membuat Rafael bingung.
“aku tak pernah mempermasalahkan semua itu, toh semua itu adalah ujian dari Allah. Jika aku lari dan mencari Istri lagi betapa banyak yang akan tersakiti, bukankah dulu aku pernah mengatakan kepadamu bahwa aku akan menjadi Suamimu yang pertama dan terakhir, dan pernikahan ini akan menjadi pernikahan mu yang pertama” jawab Rafael menolak saran Istrinya yang begitu mengada-ada itu.
“Tapi kan Mas Rafa tak pernah mengatakan bahwa ini adalah pernikahan terakhir Mas Rafa, Mas Rafa hanya bilang kalau pernikahan ini adalah pernikahan terakhir untuk Erika. Erika Rela Mas, jika Mas Rafa ingin menikah lagi, Erika ikhlas Mas!” jawab Erika yang terlihat begitu semangat menginginkan Rafael untuk menikah lagi. Rafael tertegun, Istrinya mulai menguji kesabarannya.
“Maaf mas bukan maksud Erika ingin membuat Mas Rafa marah dengan saran Erika yang konyol ini, Erika hanya ingiN Mas Rafa bahagia. Lagi pula jika Mas Rafa bahagia dengan menikah lagi, Erika pun akan merasa bahagia. Erika percaya Mas Rafa mampu bersikap adil dengan kedua Istri Mas Rafa jika Mas Rafa menikah lagi.”
***
                Malam ini Rafael tak mampu memejamkan matanya sejenak, pikirannya melayang jauh. Sesekali dia melihat Istrinya yang tertidur dengan nyenyak di sampingnya. Betapa cantiknya sosok Istri yang Allah berikan pada Rafael untuk menemani Hidupnya hingga ajal menjemputnya nanti. Setiap sudut wajahnya memancarkan Aura-aura bahagia meski sebenarnya hidupnya begitu berat untuk di jalani, dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya hingga kebimbangannya untuk membahagiakan Rafael. Rafael memeluk tubh Istrinya, merasakan setiap detak jantungnya yang berdetak begitu seirama. Jam menunjukan pukul 01.00 malam, Rafael belum juga bisa memejamkan matanya tiba-tiba Rafael ingin sholat Istiqarah, setelah Sholat jiwanya seolah terbuka dan tenang. Tak lama akhirnya dia tertidur dalam balutan Indah malam itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar