<marquee>TEKS YANG BERGERAK</marque
Create by : Dian kelcez
Ketika cinta harus memilih ( Part I )
6 tahun silam,
Rafael, siswa SMA
kelas 2 itu menggandeng tangan kekasihnya yang satu tahun lebih tua darinya dia
bernama Vianka Adelia, Vianka adalah kakak kelasnya di SMA KARTINI , Vianka
duduk dikelas 3. Pagi ini mereka berjalan bersama menyusuri taman, menikmati hamparan rumput
dan bunga bunga yang indah , mereka
berjalan dengan senyum yang tidak pernah pudar sedikit pun. Bagi remaja seusia
mereka, hal seperti itu adalah hal terindah yang tak terlupakan, mereka tak
perduli ocehan teman-teman mereka yang mengatakan mereka adalah pasangan yang konyol karena jarak usia.
***
Satu tahun kemudian,
Pagi ini Vianka
Adelia akan berangkat ke Jerman untuk Melanjutkan Study-nya di kota Dusseldorf,
ibukota dari negara bagian Nordrheiin westfalen. Kota ini juga terkenal dengan
pusat fashionnya dan butik-butiknya di sepanjang Konigsalle, Rafael adalah
salah satu orang yang berat untuk untuk melepas kepergian Vianka ke Jerman,
meski berat Rafael tidak mampu menahan Vianka untuk tinggal di sini.
***
Beberapa bulan setelah keberangkatan Vianka ke Jerman,
“Aku tak mengerti,
kenapa Vianka jadi sesibuk ini.” Keluh Rafael kepada salah satu teman se
kelasnya. “dulu dia menelfonku 2 kali sehari tapi akhir-akhir ini dia menelfonku
atau sekedar mengirim email dan sms tiap
2 hari sekali.” Lanjut Rafael, temannya terus mendengarkan keluhan Rafael
tentang komunikasinya dengan Vianka yang tidak lancar. Rafael percaya bahwa
Vianka adalah tipe perempuan yang konsisten terhadap segala ucapan dan
janji-janjinya. Meski tembok berlin memisahkan mereka. Itu lah yang membuat
Cinta dalam hati Rafael tak pernah terkikis jarak.
***
Pertengahan tahun 2010,
Rafael telah
menyelesaikan S1-nya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Jurusan Bahasa Jerman,
hingga dia Lulus menyandang gelar Sarjana, Dia masih setia dengan
kekasihnya,Vianka. Meski 4 tahun terakhir ini Vianka tidak pernah memberi kabar
kepada Rafael.
Awal masuk di Universitas Indonesia dia telah bertekad
akan menyusul kekasihnya itu ke negara jerman setelah dia menyelesaikan S1-nya,
dan sekarang Rafael telah menyelesaikan S1-nya dia sangat bahagia karena hari
yang dia tunggu-tunggu telah datang, namun di sisi lain dia menjanjikan sesuatu
kepada ayahnya 2 tahun lalu dan sekarang saatnya dia menepati janji itu tapi
sayang nya sampai sekarang Rafael masih belum bisa menepati janji nya untuk
memperkenalkan seorang gadis kepada orang tuanya sebagai Calon istrinya. 2
tahun yang lalu kedua orang tua nya meminta Rafael untuk menikah dengan Erika
Rusadi putri tunggal dari rekan kerja
ayahnya. Rafael telah menolak permintaan ayahnya ketika pertama kali di tawari
untuk menikah dengan Erika, namun penolakannya itu di tepis oleh ayahnya,
“Jangan terlalu terburu-buru menolak perjodohan mu dengan Erika, Ayah
minta perkenalkan Ayah kepada gadis yang kamu cintai,! Jika sampai kamu lulus ,
kamu masih belum juga memperkenalkan satu orang gadis pun pada ayah, tak ada
salahnya jika ayah minta kamu menikah saja dengan Erika!” tegas ayahnya, tidak
tahu kenapa kata setuju dari bibir Rafael terucap begitu saja.
“Bagaimana Kalau sampai aku Lulus Vianka belum bisa nemuin aku? Apa aku
harus menikah dengan Erika?” ucap batinnya keras. Saat itu
Rafael hanya terdiam dan keyakinannya untuk menikahi Viianka sangat kuat, namun
menatap kenyataan yang terjadi , keraguan hebat menyelimuti hati nya.
Hari ini adalah saat-saat dimana dia harus memperkenalkan calon
Istrinya kepada kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya telah menunggu hari ini
dengan penuh suka cita, namun berbeda dengan Rafael, hatinya bimbang, tahun ini
Vianka harusnya sudah pulang ke Indonesia, tapi sehelai ramputnya pun belum
terlihat di depan Rafael. Sempat ada rasa jengkel di hati Rafael namun dia
segera mengusir perasaan itu, Rafael mencoba menjelaskan kepada kedua orang
tuanya, dia mencoba bernegosiasi dan sekaligus meminta sedikit waktu untuk
berpikir sekali lagi sebelum mengambil keputusan untuk menikah, menurut Rafael
sendiri pun menikah bukan hal sepele yang harus di laksanakan dengan sembarang
orang. Sayangnya kedua orang tuanya tidak bisa bernegosiasi lagi, tahun depan
di usianya yang ke 28 dia harus sudah merencanakan pernikahan, minimal dia
harus bertunangan.
***
Awal tahun 2011,
Tahun baru telah
lewat,awal tahun ini Vianka pulang ke
Indonesia. Hatinya sangat bahagia, dia tidak sabar menemui kekasihnya itu. Di
saat yang sama ketika Vianka sampai di Indonesia,ternyata Rafael telah
memutuskan untuk bertunangan dengan Erika,Toh
Cuma tunangan!. Rafael pun sampai di rumah keluarga Rusadi untuk melangsungkan
acara pertunangannya dengan Erika. Meski setengah hati, Rafael melangkah masuk
rumah dengan senyum yang misterius antara yakin dan tidak.
***
12 Februari 2011,
Rafael membuka
emailnya, ada 3 email yang belum di baca. 2 email dari teman kuliahnya Hendri
firmansyah yang berisi curahan hatinya mengenai seorang gadis yang menolak
lamarannya untuk lebih memilih menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya. Dan satunya lagi
dari Danang Firdian yang berisi artikel-artikel politik Ekonomi di Jerman. Dan 1 email dari... Vianka Adelia... saat
membaca bahwa email itu di kirim dari Jerman Rafael kaget bercampur senang, dia
langsung membuka email itu,
From : VIANKA ADELIA
Date : Monday, 07 Februari 2011
“Guten Morgen (dalam bahasa
Jerman;Selamat pagi), aku tau kamu masih
setia menantiku, maaf kalau aku pergi terlalu lama, aku di sini merindukan kamu
dan aku putuskan untuk pulang ke Indonesia bulan ini, tanggal 11 februari.
Mungkin tanggal 14 februari tepat di hari ulang tahun mu baru bisa menemui mu,Aku
akan kerumahmu hari itu.”
Rafael bergetar, kenapa
dia tidak lebih dulu membuka Email nya daripada menyetujui pertunangannya
dengan Erika? Kalau saja dia lebih dulu membuka Emailnya tentunya dia tidak
akan mengambil keputusan bertunangan dengan Erika. Hatinya bimbang apa yang
harus dia katakan kepada Vianka jika Vianka tahu kalau ternyata kesetiannya telah
tersia-sia kan . Hatinya bahagia karena akhirnya dia bisa bertemu dengan
Vianka, dua hari lagi Vianka Adelia kekasih yang sangat di nanti-nantinya akan
menemuinya, namun ada perasaan ragu karena 2 bulan lagi dia harus melamar Erika
secara resmi.
***
14 februari 2011,
Ketika kedua pasang mata indah itu bertemu,
keduanya tersentuh badai cinta yang lama tidak mereka rasakan, hati mereka
meleleh bagai Es di kutub yang tersentuh mentari. Mereka teringat 6 tahun silam
ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas, ketika mereka bolos
berdua dan pergi berdua ketaman kota. Saat berlarian di tengah taman tak
perduli meski hujan membasahi tubuh mereka.
“Kamu masih seperti dulu, aku harap cintamu juga masih seindah dulu!”
ucap Vianka. Rafael terus mendengarkan cerita demi cerita yang keluar dari
bibir Vianka sambil terus memandangi nya.
“Aku ingin kamu menikahi ku seperti harapan kita untuk hidup bersama,
kamu masih ingat kan saat itu!” pinta Vianka. “Saat kita duduk berdua di bawah pohon
belimbing di tengah taman kota, tiba-tiba kita punya harapan buat
menikah,,hehehe’ lucu ya?!” lanjut Vianka dengan senyum kecilnya,Ketika ia
teringat peristiwa-peristiwa 6 tahun silam yang sepertinya tidak pernah ia
lupakan.
Rafael tersentak mendengarkan Ucapan Vianka. Jiwanya Lemas dia sangat
bahagia namun di sisi lain dia bingung menentukan sikap terbaik , akankah
pertunangannya dengan Erika di batalkan begitu saja, bagaimana kekecewaan yang
di tanggung oleh keluarganya dan keluarga Rusadi, Dia juga tidak mungkin
mengatakan kepada Vianka tentang pertunangannya dengan Erika. Rafael tahu jika
dia mengatakan semua ini kepada Vianka. Vianka akan sangat terpukul, parahnya
lagi dia akan sangat membenci Rafael.
***
Awal Maret 2011,
Malam ini rafael tidak bisa tidur, dia duduk di
pinggir tempat tidurnya,Saat ini Dia di hadapkan pada situasi yang sangat
rumit, dan sangat menguras pikirannya yaitu saat dimana dia harus menentukan
pilihan dan ketika Cinta harus memilih, Rafael pun tak bisa menghindar dan
keadaan ini memaksa nya untuk berpikir matang-matang,,,,
To be continued...
KETIKA CINTA HARUS MEMILIH ( PART II
)
Pertengahan bulan Maret 2011,
Keluarga Rafael
telah sibuk merencanakan acara lamaran Rafael dengan Erika bulan depan. Rafael
sendiri merasa ragu untuk melangkah maju, hatinya ingin menolak perjodohan itu
sebelum terlambat. Namun, nuraninya berkata lain, dia masih menimbang-nimbang
akibat dari kecerobohannya jika ia membatalkan acara lamaran yang hanya tinggal
menghitung minggu.
Di Ruang tengah,
“Rafael,” panggil Ibunya dari ruang tengah, Rafael
segera bergegas menuju arah suara tersebut. Sampai di ruang tengah Rafael
melihat sesosok gadis mengenakan jilbab hitam duduk di samping ibunya. Ya itu
adalah Erika. Rafael berjalan menghampiri Ibunya yang tengah mengobrol dengan
Erika,calon menantunya itu.
“Iya bu, ada apa manggil Rafael?” tanya Rafael
santai. Ibunya hanya diam dan tersenyum
kepada Rafael, Rafael menangkap perasaan aneh di balik senyum Ibunya itu.
Ibunya beranjak dari tempat duduknya,
“Raf, hari ini kan kamu banyak waktu kosong,
daripada kamu di kamar terus. Sana gih
pergi jalan-jalan sama Erika, Erika sudah jauh-jauh kesini lo!” ujar Ibunya.
Tidak tahu kenapa Rafael begitu sulit dan enggan mengucap kata ‘Tidak’. Tak
lama setelah Rafael berganti baju, dia segera pergi dengan Erika.
Di jalan,
“Raf, apa kamu yakin ingin menikahi ku?” tanya
Erika. Rafael terkaget-kaget mendengar pertanyaan Erika yang tiba-tiba
menanyakan satu hal yang ingin dia ungkapkan.
“Erika, mungkin pengakuanku ini akan begitu menyakiti kamu!” ucap Rafael
dengan perasaan bersalah kepada Erika. Erika tersenyum kepada Rafael, dan saat
kedua mata mereka bertemu Rafael merasakan Desir aneh yang tak seharusnya dia
rasakan kepada perempuan lain selain Vianka. Rafael melihat sudut demi sudut
wajah Erika. Dan memang benar apa kata keluarga dan teman-temannya Erika adalah
gadis sederhana yang mampu memukau mata laki-laki mana punyang menatapnya,namun
sesegera mungkin Rafael mengalihkan tatapannya. Dia takut muncul perasaan yang
tak seharusnya terjadi pada Erika.
‘ aku mencintai orang lain ‘ kalimat itu terucap begitu saja di bibir
Rafael, Erika terlihat sangat shock mendengar
apa yang baru saja Rafael katakan. Matanya berkaca-kaca,air matanya pun seolah
ingin tumpah. Tiba-tiba muncul perasaan
bersalah kepada Erika. Dia menyesal
telah mengatakan hal itu, tapi dia harus mengatakannya demi kebaikan bersama.
“aku tidak akan mempermasalahkan perasaan mu yang tidak seutuhnya
untuk ku, jika memang kamu mencintai orang lain aku tidak akan merusak
pertunangan ini. Aku akan tetap menunggu
mu untuk bisa mencintai aku apa adanya.” Jawab Erika dengan yakin. Rafael tersentak
kaget, dalam hatinya ia menginginkan Erika merelakan batalnya pertunangan ini,
tapi Erika mengucapkan pernyataan yang bertolak belakang dengan apa yang Rafael
harapkan. Rafael tersenyum kepada Erika untuk menutupi kekecewaan nya atas
tanggapan yang di lontarkan dari mulut Erika.
***
Awal bulan April,
Hari ini Rafael
pergi ke toko berlian bersama Ibunya membeli sepasang cincin untuk acara Lamaran
sekaligus menjadi Mahar dalam Ijab Kabul nya dengan Erika 2 minggu lagi. Tanpa
di duga seorang perempuan memakai drees berwarna biru muda sedang mencoba-coba
model cincin di toko tersebut. Rafael kaget bukan main melihat perempuan yang
tidak lain dan tidak bukan adalah Vianka kekasihnya. Rafael sempat menghentikan
langkah kakinya dan meminta Ibunya untuk mencari Toko berlian lain. Namun
Ibunya menolak karena Toko tersebut adalah langganan Ibunya. Rafael tidak bisa
menolak Ibunya dan terpaksa meneruskan ke arah toko tersebut. Rafael dan Ibunya
berdiri di sebelah kiri Vianka namun masih ada jarak yang membuat Vianka tidak
menyadari kehadiran Rafael di situ. Rafael terus berdoa semoga saja Vianka
tidak menyadari kedatangannya.
“saya mau mengambil pesanan cincin minggu lalu mbak?” pinta Ibunya ke
pada karyawan Di toko berlian tersebut.
Baru saja Ibunya berhenti berbicara kepada karyawan tersebut, Vianka
menatap Ibu-Ibu tersebut dan menyadari bahwa ada sosok yang sangat dia cintai
tepat di sebelah kiri Ibu-ibu tersebut. Ya, Rafael . Vianka segera menghampiri
Rafael.
“Rafael, kebetulan banget kamu ada di sini ,aku lagi milih cincin yang
bagus dan indah buat kita. Sama siapa?” tanya Vianka yang terlihat bahagia
dengan keberadaan Rafael di situ.
“Siapa ini Raf, Teman kamu? Teman kuliahnya ya?” tanya Ibu Rafael
kepada Mereka berdua. Rafael terlihat kikuk dan salah tingkah. Bagaimana dia
bisa menyembunyikan pertunangannya dengan Erika dari Vianka jika dia di situ
jelas-jelas dengan Ibunya, Ibu yang
sangat berharap putra pertamanya menikah dengan putri tunggal dari keluarga
Rusadi yaitu Erika.
“ohh, ini Ibunya Rafael ya?’’ tanya Vianka yang langsunng mencium tangan
Ibu Rafael. Dan tiba-tiba karyawan toko berlian datang dan menyerahkan sepasang
cincin yang Indah kepada Ibu Rafael.
“aduh, Ibu ini calon menantunya ya, cocok kok, cantik. Ini cincin
pesananya !” ucap Karyawan tersebut ,terlihat raut wajah bahagia di paras
cantik Vianka. Namun berbeda dengan Ibu Rafael yang langsung menyangkal tebakan
dari karyawan tersebut. Dan sekaligus mengatakan Rafael akan bertunangan dengan
putri pengusaha ternama di kota itu yaitu Erika. Vianka terperanjat kaget. Dia
tak mampu menyebunyikan perasaan nya itu. Dengan sopan tanpa mengurangi rasa hormat, Vianka langsung pergi
meninggalkan Toko Berlian tersebut tanpa sepatah kata pun, air matanya mengalir
deras, berkali-kali Vianka menghentikan langkah kakinya berharap Rafael akan
menahan kepergiannya. Namun, harapan itu tinggal harapan, entah mengapa Rafael
yang begitu mencintai Vianka tidak mengejar Vianka. Vianka merasa sudah tidak
berarti lagi di mata Rafael. Vianka menyesal membelakan diri pulang ke
Indonesia hanya demi laki-laki yang telah menghianatinya. Kesetiannya selama
ini hanyalah sia-sia saja,dan pada
akhirnya kebohonganlah yang Vianka dapatkan.
Di rumah,
Sesampainya di rumah Rafael selalu melamun,
“Rafael ibu gak suka ya kalau
kamu harus menyakiti perasaan Erika demi perempuan tadi...” bentak Ibunya.
Namun, Rafael hanya diam seribu bahasa tak menjawab apapun. Dalam benaknya
terpikirkan bagaimana menjelaskan segala kejadian ini kepada Vianka supaya dia
mengerti bahwa Rafael pun sekarang dalam posisi yang sangat Rumit. Sesaat
kemudian Rafael seolah mendapatkan semangat untuk menjelaskan masalah ini
kepada Vianka. Dia segera bangun dari tempat duduknya dan pergi keluar rumah. Terdengar
dari dalam rumah Ibunya melarang Rafael untuk pergi karena Ibunya tahu Rafael
pasti ingin menemui perempuan tadi. Namun, Rafael tidak memperdulikan
suara-suara itu, dia terus beranjak pergi.
***
Di depan rumah Vianka,
Pintu rumah Vianka tertutup rapat,tak seorang pun
didepan rumahnya. Beberapa kali Rafael mengetuk pintu Rumah Vianka, namun tak ada
satu pun yang membukakan pintu,jangankan membukakan pintu menyahut sapaannya
pun tak ada. Rafael berpikir bahwa Vianka sedang berada di taman tempat
biasanya mereka menghabiskan waktu berdua dulu, saat Rafael beranjak pergi dari
teras rumah itu, terdengar suara pintu terbuka. Dia segera menoleh ke arah
pintu,walaupun bukan Vianka yang membuka pintu dia sangat bahagia, setidaknya
dia akan tahu dimana Vianka.
“Mas Rafael mencari mbak Vianka?” tanya penjaga rumah Vianka selama
dia belajar di Jerman.
“Iya, Vianka ada”
“Loh, mbak Vianka gak bilang
apa-apa sama Mas Rafael ya?”
“Ngomong apa ?” tanya Rafael penasaran.
“Kok
aneh ya, Bukannya hari ini Mbak Vianka memutuskan untuk kembali ke Jerman,”
jawab Ibu-Ibu setengah tua itu.
Rafael sangat kaget mengapa secepat
ini Vianka meninggalkan Indonesia, padahal baru beberapa hari yang lalu dia
datang dan mengingat masa-masa terindah mereka berdua. Ada perasaan bersalah di
hati Rafael, mengapa dia membiarkan Vianka kembali ke Jerman membawa Luka yang
tak seharusnya ia torehkan di hati Vianka. Dengan sepenuh hati Rafael segera
bergegas menuju Bandara terdekat. Setelah
sampai disana ternyata semua telah terlambat, Pesawat dengan tujuan Dusseldorf
Jerman telah berangkat beberapa menit yang lalu. Tubuh Rafael lemas, seolah
darahnya tlah berhenti mengalir,jantungnya tlah berhenti berdetak. Air matanya mengalir, mengiringi kepergian
Vianka yang membawa perih sakit hati yang dia buat.
***
Di tengah taman kota,
Vianka duduk termenung
menghabiskan sesak-sesak sakit di dada nya yang seolah tak mau pergi dari
hatinya. Kekecewaan itu merasuk begitu saja kedalam hatinya, Vianka tak habis
pikir dengan jalan yang di ambil Rafael. Mengapa semudah itu Rafael melupakan
dia? Dan lebih tragisnya lagi Rafael menikah dengan perempuan lain sebelum
mengatakan perpisahan dengannya
Vianka masih terisak dalam tangisnya, dia
menggenggam erat tiket pesawat di
tangannya. Vianka mengurungkan niatnya untuk berangkat ke Dusseldorf hari ini, dia tak akan pernah kembali ke
Dusseldorf sebelum mengucapkan selamat
kepada Calon Istri Rafael.
***
Seminggu menjelang acara Lamaran,
Suasana bahagia menyelimuti
kedua belah pihak keluarga, mereka menanti hari yang di tunggu-tunggu. Hari
dimana kedua anak mereka akan bersanding dalam pelaminan, berharap kan menjadi
keluarga yang bahagia. Hari ini keluarga dari Rafael telah menyelesaikan segala
acara Lamaran begitu juga keluarga Rusadi. Tinggal menghitung hari saja hari
bahagia itu akan di langsungkan. Meski Rafael masih sangat berat untuk
melangkah ke depan, Setiap Ucapan Erika
membuatnya perlahan-lahan mampu memantapkan diri untuk menikah. Rafael
memutuskan untuk melamar Erika minggu depan, Lagi pula Vianka pasti tak akan mau lagi menemuinya dengan semua
kejadian yang melukainya ini. Tak akan ada gunanya lagi dia mencoba menjelaskan
setiap baris masalah yang rumit ini, Rafael pun tak ingin Vianka masuk ke dalam
dinamika kerumitan keluarganya ini. Mungkin ini lah jalan terbaik yang mesti di
ambil olehnya.
***
Di kediaman Keluarga Rusadi,
Hari ini setiap orang tersenyum
kepada Rafael dan Erika, hari ini adalah hari yang telah ayahnya janjikan 2
setengah tahun silam yaitu meresmikan hubungan Rafael dengan putri tunggal dari
Keluarga Rusadi. Matahari mulai memunculkan sinar-sinar hangatnya, beberapa
tamu sebagai undangan dalam acara Lamaran itu mulai berdatangan, beberapa saat
kemudian Acara itu di mulai. Akad nikah akan di laksanakan 2 hari seteah hari
ini yaitu tepatnya pada tanggal 18 April 2011, dan ke esokan harinya
dilanjutkan dengan Acara Resepsi
pernikahannya akan dilangsungkan dengan adat jawa yang masih di pegang kuat
oleh keluarga Rusadi.
***
Setelah
acara lamaran,
“Aku ingin bertanya sekali lagi
sama Mas Rafa, apakah Mas Rafa telah yakin untuk menikahi Erika? Erika tak akan
memaksa jika memang Mas Rafa tak akan bahagia bersama Erika, Erika Pun akan
tetap tabah meski Mas Rafa ingin membatalkan semua ini! ingat Mas menikah itu
bukanlah hal mudah, menikah juga bukan permainan belaka. Menikah adalah salah
satu sunah Nabi kita, bukankah kita tak ingin ada kegagalan dalam berumah
tangga?” ucap Erika dengan suara pelan. Setiap kata yang Rafael dengar dari
mulut Erika seolah embun yang menetes dalam kering hatinya, menyejukan dan
membuatnya merasa tak tega bila harus melukainya. Rafael melihat keseriusan di
diri Erika untuk menikah dengannya meski Erika tahu persis bahwa hatinya belum
seutuhnya untuk Erika. Rafael sangat menghargai kesungguhan Erika, Erika pun
begitu sabar meski dalam kondisi yang meragukan dari Rafael sendiri.
“Aku sudah yakin akan menikahi mu , percayalah
bahwa pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang terakhir untukmu, dan aku
juga akan menjadi suami pertama dan terakhir dalam hidupmu” jawab Rafael dengan
Mantap.
Terlukis wajah bahagia di setiap sudut parasnya.
Erika merasa puas dengan jawaban yang di berikan Rafael beberapa detik yang
lalu itu. Mereka terdiam dalam kebisuan hati, Erika tak berani bertanya lagi,
baginya jawaban itu sudah lebih dari cukup untuk memperjelas langkah yang akan
di jalani.
***
Di Kamar Rafael,
“ Raf, mau kemana kok sudah
rapi?” tanya Ibunya.
“gak tau Bu, tiba-tiba Erika
minta di antar ke tempat temannya, nanti sekalian Rafael shalat Magrib di sana,”
jawab Rafael.
***
Dalam perjalanan ke Tempat dimana Erika membuat
janji dengan temannya,
Hari itu Erika terlihat cantik,
dengan Jilbab berwarna Abu-abu . Wajahnya bersinar menyiratkan seribu
kebahagiaan. Beberapa menit kemudian sampailah mereka di depan sebuah restoran
yang sering Rafael datangi dengan Vianka, ada perasaaan tak enak dalam hati
Rafael ketika ia masuk kedalam Restaurant itu, namun Rafael segera mengusir
perasaan itu.
Di meja paling pojok di samping
jendela berukuran panjang terlihat seorang perempuan menggunakan baju berwarna
Merah hati dengan rambut lurus yang tergerai di pundaknya, Rafael menangkap
sesuatu pada perempuan itu, sepertinya perempuan itu sangat akrab di ingatan
Rafael. Dan ketika Rafael sampai di depan perempuan itu. Betapa kagetnya Rafael
melihat Seseorang yang begitu dia cintai kembali lagi , dan parahnya Erika
calon Istrinya lah yang mempertemukan sepasang kekasih yang terpisah ini.
“Mas Raf, sebelumnya Erika minta maaf. Bukan maksud
Erika membuat Mas Rafa marah dengan Sikap Erika yang sungguh ceroboh ini. Erika
tahu jika dengan mempertemukan Mas Rafa dengan Mbak Vianka ini bisa saja
menghancurkan rencana pernikahan kita yang tinggal dua hari lagi,” ucap Erika
dengan tenang. Rafael masih bingung dengan kemauan Erika, hanya Erika lah
satu-satu perempuan yang Rela melihat calon suaminya bertemu dengan Kekasih nya
dan mungkin saja akan menumbuhkan kembali perasaan cinta yang belum sepenuhnya
hilang dari Rafael ataupun Vianka.
“Apa maksud kamu dengan mempertemukan aku dan
Vianka di sini, lalu dari mana kamu tahu tentang aku dan Vianka, ? dan Kamu
Vianka bukankah beberapa hari yang lalu kamu telah berangkat ke Jerman?” tanya
Rafael dengan wajah yang sangat serius. “Sebenarnya ada apa ini semua?” Lanjutnya.
Mereka bertiga terdiam dalam keriuhan para pelayan
restaurant tersebut, sampai Vianka memberanikan diri berbicara setelah terdiam
membisu selama dia duduk di tempat itu.
“Aku tak menginginkan apa-apa dari kalian berdua,
aku hanya ingin mengucapkan selamat atas kebahagiaan kalian, semoga kalian di
berikan kesempurnaan dalam berkeluarga. Aku disini bukan lagi sebagai kekasih
mu yang selalu berharap kamu datang dan kembali kepadaku Raf, aku di sini sebagai
seorang masa lalu mu yang datang dan ingin meminta mu untuk membahagiakan
perempuan sebaik Erika, dia adalah perempuan yang baik Raf,” jawab Vianka
dengan wajah yang sayu, matanya hampir mengeluarkan air mata, Rafael pun
sebenarnya menyadari hal itu. Ingin sekali Rafael mendekap Vianka dalam
pelukannya dan menyapu air mata yang hampir meleleh di ujung mata indahnya itu,
namun saat ini dia sedang berada di sisi Erika, betapa sakit perasaan Erika
jika melihat Calon suaminya memeluk perempuan lain di depan mata kepalanya.
Rafael mengurungkan niatnya tersebut.
“untuk kesekian kalinya Erika minta maaf mas,
beberapa hari yang lalu ketika Erika tengah berkunjung ke rumah Mas Rafa, Erika
sempat membuka akun Email Mas Rafa yang saat itu masih belum ditutup di laptop
Mas Rafa. Erika memang lancang telah membuka akun seseorang tanpa meminta
Izin, apalagi itu adalah akun Mas Rafa.
Namun, dengan semua itu akhirnya Erika tahu siapa orang yang begitu Mas Rafa
cintai itu, dan tidak salah Lagi dia adalah Mbak Vianka ini, entah kenapa Erika
ingin sekali menemui Mbak Vianka ini. jadi sepulang kita jalan-jalan beberapa
hari yang lalu Erika sempat menanyakan Alamat lengkap Mbak Vianka ke adik Mas
Rafa, Dan alhamdullilah Kita di pertemukan, kita mengobrol banyak hal tentang
Mas Rafa, Apa kesukaan Mas Rafa, bagaimana Membuat Mas Rafa tersenyum saat
bersedih dan masih banyak lagi. Mas Raf, Erika menyadari, bahwa sebenarnya
Erika lah penyebab runtuhnya hubungan Mas Rafa dengan Mbak Vianka, dalam hati Erika
ada perasaan tidak enak tapi
bagaimanapun juga Erika di sini hanya Ingin patuh kepada kedua orang tua Erika
yang menginginkan Erika menikah dengan Mas Rafa. Seiring berjalannya waktu itu
pun, Erika mulai mengaggumi dan mulai mencintai Mas Rafa. Tapi, kalau memang
kita tidak lah berjodoh, Erika pun tak akan berkecil hati Mas, sekarang untuk
ke-3 kalinya Erika meminta kepastian Ke Mas Rafa apakah Erika masih pantas
berharap dengan Cintamu Mas?” ucap Erika penjang lebar. Perasaan itu muncul
lagi di dalam diri Rafael, Rafael benar-benar tidak bisa mengartikan desir-desir
aneh itu, Sekali lagi Rafael membeku ketika mendengar setiap kalimat yang
terucap dari bibir Erika.
Sebelum Rafael sempat untuk menjawab pertanyaan
dari Erika, Vianka tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya, Vianka mohon diri
untuk pergi karena sebentar lagi dia ingin
mengurus keberangkatannya ke Jerman. Lagipula tak akan ada gunanya jika
dia terus berada di tempat itu. Dia tahu semakin lama dia di situ akan semakin
memperburuk keadaan dan juga akan lebih menyakiti perasaannya sendiri. Rafael
sangat ingin menahan Vianka agar tidak pergi, Namun ada perasaan tidak enak
jika dia menahan Vianka agar tetap di hadapannya sementara Calon Istrinya
menunggu jawaban atas kelanjutan hubungan serius ini.
Rafael masih belum menjawab, matanya masih tertuju
kepada Vianka yang tengah berjalan keluar dari restaurant. Vianka keluar dengan
air mata yang terus mengalir, hatinya benar-benar telah hancur hari itu. Di situ,
di tempat dimana Vianka dan Rafael orang
yang paling di cintainya pertama kali bertemu, di situ pula lah kisah Cinta
mereka berakhir dan di tempat itu juga lah tempat terakhir mereka bertemu.
Vianka seolah tak mampu menahan perih sakit hatinya. Sebenarnya dalam hati
kecil Vianka sangat berharap Rafael akan mengejarnya dan menahannya pergi untuk
kedua kalinya. Namun, harapan tinggalah harapan untuk kedua kalinya juga Vianka
terkecewakan lagi dengan harapannya yang sia-sia. Sedangkan Erika terus saja memperhatikan
Rafael yang sedang menikmati detik-detik perpisahaannya dengan Vianka. Erika
menyadari betapa beratnya melepas kekasih yang sangat di Cintai. Erika
membiarkan Rafael terus menatap kepergian Vianka, hingga Vianka keluar dari
restaurant itu. Setelah Vianka keluar dari Restaurant dan masuk kedalam sebuah
mobil berwarna silver itu, Erika memberanikan diri untuk menegur Rafael.
“Sudah jauh Mas Mbak Vianka nya?” tegur Erika pelan
sambil menyentuh pundak Rafael. “Mas Soal pertanyaan Erika tadi, apa kah sudah
bisa di jawab?” tanya Erika sekali lagi.
“Erika, yakin atau tidak yakin aku akan tetap
menikahimu! Izinkan aku meminangmu dengan Bissmillah!” Jawab Rafael yakin.
Untuk kesekian kalinya desir-desir aneh itu muncul lagi. Bahkan Erika tak mampu
menyembunyikan raut wajah bahagianya, wajahnya memerah menambah Indah setiap
sudut paras cantik itu.
***
18. April 2011,
Pagi
ini matahari agak mendung, awan gelap menutupi langit indah yang seharusnya
mengantarkan kebahagiaan keluarga Rafael dan Erika menuju Ridho Allah. Cuaca
memang sedikit tidak mendukung. Namun, semua itu tidak mengurangi kebahagiaan
kedua belah pihak keluarga sedikit pun.
Acara Ahad nikah berlangsung dengan khidmat, Erika
terlihat menawan dengan balutan gaun berwarna putih, dengan jilbab yang senada
dengan pakaiannya. Setelah Acara Ahad Nikah, keluarga masih sibuk dengan
pelaksanaan Resepsinya yang di gelar begitu mewah. Kesibukan tersebut tak
mengurangi sedikitpun perasaaan bahagia di hati Kedua belah pihak keluarga.
***
Keesokan harinya,
Lampu-lampu
bersinar begitu terang, tiang-tiang di hotel itu di hias sedemikian rupa oleh
para Wedding Organizer-nya sehingga tampak kokoh dan megah. Para Undangan mulai
berdatangan. Hari itu Rafael dan Erika terlihat begitu serasi, mereka bagaikan
seorang raja dan Ratu yang bahagia. Erika terlihat anggun dengan gaun indah yang
di padukan dengan Unsur jawa, begitu pula dengan Rafael yang begitu gagah
dengan pakaiannya.
Rafael melihat-lihat ke segala arah, matanya
bertemu dengan seseorang di ambang
Pintu, dia adalah Vianka. Erika sengaja mengundang Vianka ke acara tersebut. Vianka menghampiri mereka berdua dan langsung
memeluk Erika yang berdiri di samping Rafael.
“Aku terlalu bahagia melihat kalian bisa bersanding
di atas pelaminan ini, aku berharap kalian akan menjadi keluarga yang sakinahh,
jaga baik-baik suami mu Ka! Kau adalah wanita terbaik yang pantas untuk
Rafael.” Ucap Vianka dalam pelukan Erika,dengan air mata yang tak berhenti
mengalir.
“Aku tahu Mbak ini berat buat Mbak, tapi tolong
Ikhlaskan Mas Rafa untuk bersanding bersama Erika” jawab Erika. Kali ini Erika
seolah tak mau kalah dengan segala Ucapan manis dari Vianka. Erika tahu saat
ini dirinya lah yang berhak atas Rafael, karena Rafael sekarang telah menjadi
Imam dalam keluarganya. Menjadi penunjuk untuk dirinya dan anak-anaknya nanti.
***
KETIKA CINTA HARUS
MEMILIH (PART III)
2 tahun setelah pernikahan,
Keluarga
Rafael dan Erika begitu bahagia, Rafael adalah suami yang sangat bijaksana. Dia
tak pernah memaksakan kehendaknya sendiri, Begitu pula dengan Erika dia selalu
memberikan yang terbaik untuk Suaminya. Tak
pernah mengeluh walaupun tersakiti oleh sikap suaminya yang
kadang-kadang masih seperti anak kecil. Tak pernah marah saat di tegur karena
kesalahannya. Mereka melewati setiap cobaan dengan senyuman betapa bahagianya
hidup mereka meski dalm keluarga mereka belumlah sempurna dengan adanya seorang
buah hati yang di percayakan Allah kepada merekka.
***
Beberapa bulan kemudian,
Hari
ini tubuh Erika begitu lemas, badannya terasa sakit semua. Rasanya dia tak
mampu menahan sakit itu, semua pandangannya kabur dan saat dia terbangun dia
telah tertidur di dalam kamarnya. Rafael dan seorang dokter telah berada di
dekatnya, Erika mencoba untuk mebangunkan tubuh lemasnya namun kepalanya yang
masih terasa pusing membuat nya tak mempu membangunkan tubuh kecilnya itu. Air
matanya meleleh di pipi manisnya.
“Kenapa Mas akhir-akhir ini Erika sering pusing dan
jatuh pingsan sebenarnya Erika sakit apa?” tanya Erika. Rafael menyapu air mata
Erika yang mengalir di pipinya dan mencium kening Istrinya itu.
“Tak ada apa-apa denganmu! tenanglah dokter akan
memberikan yang terbaik untuk kamu.” Jawab Rafael menenangkan Erika. Beberapa
hari yang lalu ketika Dokter memeriksa Rahim Erika, Dokter telah mengatakan
bahwa ada sel kanker di dalam Rahim Istrinya itu. Kemungkinan besar kanker itu
akan mengakibatkan kemandulan bagi Erika. Sebenarnya Rafael tidak percaya
dengan apa yang di dengarnya dari Dokter. Namun, 2 hari yang lalu dokter
menunjukkan hasil tes dari laboratorium rumah sakit dan memang ada sel kanker
yang tumbuh dalam Rahim Erika. Saat melihat hasil tes tersebut Rafael begitu
kaget, dia tidak mempermasalahkan jika Erika tak mampu mengandung yang ada
dalam pikirannya adalah bagaimana ia mengatakan kepada Erika tentang penyakit
yang di Idapnya, apakah dia harus diam melihat Istrinya kesakitan atau dia
harus mengatakan kepada Erika tentang semua ini yang secara tidak langsung
justru akan memperparah keadaanya karena dengan mengatakan semua ini kepada
Erika, Erika akan merasa terpukul dan tragisnya lagi dia akan merasa tak
berguna di depan suaminya.
Dengan berat
hati Rafael mengatakan tentang kondisi Erika yang kemungkinan besar tidak bisa
mengandung, namun Rafael tidak berani mengatakan tentang penyakit yang di
derita oleh Erika, karena takut Erika akan merasa sedih dan putus asa.
***
Rafael dan Erika tengah berjalan-jalan di Taman.
Pagi ini matahai bersinar begitu cerah, udara dingin menemani pagi mereka. Saat
mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba pandangan Rafael tertuju kepada seorang
gadis memakai seragam SMA sedang duduk
sendirian di bawah pohon belimbing.
“Siapa Mas? Apakah mas mengenalnya?” tanya Errika
kepada Rafael yang saat itu tengah melihat gadis yang beberapa tahun yang lalu
masih sering dia ajak bermain, yang dulunya sering ketakutan saat bertemu
dengannya.
“Dia Mitha, dia adalah adik dari Vianka.” Jawab
Rafael.
“Mengapa kita tidak menghampiri gadis itu Mas,
siapa tahu bisa tanya-tanya kabar mbak Vianka?” usul Erika. Rafael tersenyum
kepada Erika, betapa manis senyum yang tersirat dari ketulusan hati Rafael itu.
Rafael menggandeng tangan Erika dan berjalan ke arah gadis itu. Dari kejauhan
Mitha telah menyadari kedatangan Rafael bersama Erika tersebut.
“Kak ?” sapa Mitha kepada Rafael. Mitha sedikit
ragu untuk menyapa Rafael. Ada banyak perubahan di diri Rafael yang membuat
Mitha sempat tak mengenali Rafael.
“Dengan siapa kesini? Bagaimana kabar kakakmu?
Kakakmu belum pulang dari jerman?” tanya Rafael sambil duduk di depan Mitha
yang kebetulan ada 2 tempat duduk.
“Memangnya kakak tak pernah mengatakan sesuatu ke
Ka Rafa? Kak Vianka tak pernah kembali ke Jerman setelah kejadian 2 tahun lalu
kak, tepat saat kakak menikahi perempuan lain padahal saat itu kalian berdua
masih dalam satu hubungan.” Jelas Mitha.
“Jadi dia tak pernah kembali ke Jerman? Lalu
bagaimana keadaannya sehat-sehat sajakan?” tanya Rafael. Ada sedikit perasaan
cemburu di hati Erika ketika Rafael begitu bersemangat menanyakan kabar tentang
Vianka kepada Gadis itu, seolah-olah Rafeal begitu merindukan sosok kekasih
yang sangat di cintainya itu dan mungkin sekarang Rafael masih mnecintai Vianka
walaupun perasaannya tak seperti dulu lagi. Erika ingin mengajak Rafael untuk
pergi saja dan berhenti menanyakan satu hal pun tentang Vianka namun Erika tak
mungkin melalakukan itu, sebelumnya dia lah yang memberikan saran kepada Rafael
untuk menghampiri Mitha dan menanyakan sedikit kabar tentang Vianka. Erika
hanya bisa diam, karena dia pun tak begitu mengenal sosok Vianka apalagi
Seseorang yang ada di hadapannya itu yaitu Mitha.
“Iya, tapi sekarang ini dia begitu mengenaskan kak, badannya kurus
kering. Setelah kejadian yang menguras pikirannya 2 tahun silam membuat
semangat Hidup kakak hilang. Dia seolah tak berarti lagi untuk hidup, kami dari
keluarga telah membawanya ke psikolog untuk di cek apakah ada kerusakan di
syaraf otaknya atau tidak,tapi hasilnya Nihil tak ada masalah apapun yang
terjadi atau dalam bahasa singkatnya
kakak sehat-sehat saja. Kami sempat bingung dengan keadaan kakak yang semakin
hari semakin menurun, dia habiskan waktunya di tempat tidur. Kadang Mitha sedih
kalau melihat kondisi Kakak sekarang ini.” jawab Mitha dengan wajah penuh Iba. Seolah
ada beban berat yang mengganjal pikirannya.
Begitu mendengar cerita dari Mitha, Erika tiba-tiba
merasa getaran aneh di seluruh tubuhnya. Ada perasaan bersalah kepada perempuan
yang dia temui 2 tahun silam, dia bertanya-tanya apakah ini salahku?. Erika
melihat Rafael yang langsung terdiam membisu ketika Mitha bercerita tentang
nasib Kakaknya yang begitu tragis. Erika melihat raut –raut kesedihan di Wajah
Rafael, senyumnya memudar setiap sudut wajahnya kini berubah.
“Mas, apa tidak seharusnya kita menengok Mbak
Vianka, ? mungkin saja dengan kedatangan Mas Rafa Mbak Vianka akan merasa
senang dan sedikit demi sedikit merubah kebiasaanya yang merusak kesehatannya
sendiri ini.” ucap Erika. Sebenarnya Rafael merasa caanggung jika harus
mengiyakan usulan Istrinya. Dia takut jika Istrinya akan merasa cemburu dengan
segala respon yang terjadi di dirinya. Namun, Rafael tak mampu menyembunyikan
rasa keingin tahuannya mengenai kondisi Vianka dari cerita Mitha.
“Apa ini tidak akan membuat mu terluka ?” Tanya
Rafael kepada Erika. Erika terdiam, dia tak mampu menjawab. Jika dia menjawab
tidak, sama saja dia membohongi suaminya dan hatinya sendiri. Tetapi jika dia
mengatakan iya, Rafael akan merasa tidak enak kepadanya.
Dengan membaca raut wajah istrinya itu Rafael telah
menangkap sedikit kecemburuan di hati Erika, namun Rafael tak mau menyalahkan
perasaan Erika karena pada dasarnya perasaan cemburu itu lah yang membuat
Rafael yakin betapa besar cinta Erika kepadanya, asalkan cemburu itu tidak
melampaui batas wajarnya.
***
2 hari setelah pertemuan mereka dengan Mitha,
Rafael
nampak termenung di kursi ruang tengah, koran di meja di biarkannya tergeletak.
Kopi yang sejak pagi Erika buat untuknya pun tak di sentuh sama sekali. Erika
tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Suaminya itu. Kegundahan hati seperti
apa yang tengah melanda Jiwanya. Tiba-tiba terbayang dalam Benak Erika untuk
mengajak Suaminya menengok Vianka. Awalnya Rafael sempat menolak ajakan
Istrinya tersebut, karena Erika memaksa akhirnya Mereka sepakat untuk menengok
kondisi Vianka.
***
Keesokan harinya,
Rafael
dan Erika sampai di rumah Vianka, sesampainya di sana Mereka di sambut hangat
oleh Mitha. Mitha begitu bahagia melihat Rafael dan Erika yang mau menyempatkan
diri untuk sekedar mengunjungi kakaknya. Mereka segera menuju tempat dimana
Vianka menghabiskan hari-harinya yaitu di kamar berukuran 4x4 meter. Erika
melihat ke sekeliling ruangan kamar tersebut. Terlihat foto Rafael yang tengah
duduk bersanding dengan Vianka, dia mencoba mendekati foto-foto diatas meja
kamar Vianka. Sedangkan Rafael tak mampu menahan air matanya yang mengalir
begitu deras ketika melihat Vianka terbaring di tempat tidur dengan mata yang
memerah karena terlalu banyak menangis. Rafael mendekat dan duduk di tepi
tempat tidur. Menatapi segala kondisi yang terjadi pada Vianka. Dia tidak
menyangka jika pernikahan ini membuat Vianka seruntuh ini.
Mitha menghampiri Erika yang tengah memandangi
foto-foto di buku harian Vianka. Dia membaca setiap kata yang Vianka tulis dari
kisah paling manis hingga kisah terpahit yaitu saat Pernikahan Erika dan
Rafael. Pernikahan yang menghancurkan hidupunya, pernikahan yang membuatnya
kehilangan sosok Rafael kekasih yang begitu dia cintai. Dan sejak saat itu lah
Vianka berrhenti menulis dan mungkin berhenti menikmati masa-masa indah
kehidupan.
“Kak Vianka sudah lama tak pernah menulis di buku
harian itu, sejak 2 tahuun yang lalu tak satu kata pun dia tulis di situ,
setiap hari Mitha berharap kakak menulis sepatah dua patah kata di situ agar
Mitha bisa tahu apa yang sebenarnya kakak ingin. Tapi setiap Mitha membuka nya
semuanya kosong. Saat pertama kali Mitha mengenal kak Rafa Mitha masih kecil
belum tahu apa-apa tentang hubungan mereka namun beberapa tahun yang lalu
ketika Kakak pulang dari Jerman dan mengatakan bahwa dia akan menikah dengan
Kak Rafa Mitha baru menyadari betapa berartinya Kak Rafa untuk kakak. Suatu
ketika kakak pulang dengan menangis, Mitha kaget melihat ekspresi Kakak yang
seperti itu, tak biasanya kakak menangis separah itu. Setelah perasaanya tenang
dia mulai bercerita tentang rencananya untuk menikah dengan Rafael adalah mimpi
yang tak akan pernah terjadi dalam hidupnya. Dan sejak pertemuan kakak dengan kak Rafa dan kak Erika, kakak mulai
sering melamun sendiri. Sering telat makan bahkan pernah tidak makan seharian.
Sebenarnya kakak masih harus melanjutkan study-nya di Dusseldorf tapi tiba-tiba
saja semuanya berubah rencana untuk kembali ke Dusseldorf di batalkan begitu
saja, Mitha pikir kakak akan melanjutkannya di Fakultas sastra Jerman di
Indonesia. namun dugaan Mitha salah, kakak tak punya niat lagi untuk belajar.
Dia ingin di rumah menikmati hari-harinya sendirian. Dan lama-kelamaan kondisi
kakak semakin menurun, sering sakit-sakitan. Berat badanya pun menurun drastis,
hingga seperti sekarang inilah kondisi kakak” Kata Mitha menjelaskan panjang
lebar. Ada perasaan bersalah dalam hati Erika. Namun, ia segera menghilangkan
perasaan tersebut. Dia segera beranjak dari tempat dia duduk dan duduk di tepi
tempat Vianka tidur tepat di belakang tubuh Suaminya yang terlihat Iba menatap
kondisi Vianka.
***
Beberapa hari kemudian,
Hari
ini Erika kembali merasakan pusing , dan merasakan sakit luar biasa di sekitar
perutnya. Erika tak mampu menahan rasa sakit itu dan akhirnya dia jatuh pingsan
sebelum menjalankan sholat Subuh. Rafael yang saat itu baru kembali dari kamar
mandi mengambil air Wudlu sangat kaget mendapati Istrinya pingsan di atas
sajadah. Segera lah Rafael mengangkat Istrinya dan memanggil dokter untuk
segera datang, jam masih menunjukan pukul 04.00 dini hari. Dokter baru datang
setelah pukul 06.00, Rafael terlalu kwatir dengan keadaan Istrinya, dia takut
jika penyakit istrinya akan semakin parah. Dia kembali mengambil Wudhu dan
mendirikan Sholat Subuh, setelah sholat Subuh hati dan jiwanya menangis
sejadi-jadinya, dia berdoa untuk kesembuhan Istrinya yang tak berdaya
Sekitar pukul enam lebih lima belas menit seorang
dokter perempuan datang ke rumah mereka, Rafael segera membawa dokter tersebut
ke tempat Erika terbaring. Setelah memeriksa seadanya Dokter itu keluar dan
meminta Rafael untuk menjalani Rawat inap bagi Erika di Rumah Sakit supaya
keadaan Istrinya dapat terkontrol baik oleh dokter, sehingga tidak perlu takut
jika sewaktu-waktu ada masalah. Dengan segera dokter akan melakukan penanganan.
Namun, jika Rafael keberatanan Dokter telah menawarinya untuk menjalani Rawat
Jalan.
***
“Mas Rafa, Erika boleh minta waktunya buat bicara
berdua dulu Mas,?” Pinta Erika kepada Suaminya yang tengah Asyik menonton Tv.
Rafael melihat Erika sejenak,wajahnya yang terlihat lebih segar daripada
kemarin pagi membuat Rafael senang. Erika duduk di sebelah Rafael dan
menyandarkan Kepalanya di pundak Rafael.
“Ada apa? Apa kamu merasakan sakit? Kamu baik-baik
saja kan?” tanya Rafael kepada Erika. Erika tersenyum, lagi-lagi senyuman indah
Itu menyejukkan hati Rafael.
“Erika tak merasakan sakit apapun Mas, tubuh Erika
sehat-sehat saja seperti sediakala,mungkin kemarin pagi Erika hanya kecapekan
dan kurang tidur jadi sedikit drop.
Mas sebelumnya Erika Ingin meminta sesuatu kepada Mas Rafa,” ucap Erika sekali
lagi. Rafael sedikit penasaran dengan gaya berbicara Erika yang hari itu
sedikit berbeda dari biasanya.
“Memangnya ap yang ingin kamu katakan kepadaku
sebenarnya?” tanya Rafael penasaran.
“Erika sudah tak mampu untuk mengandung Mas, Apakah
Mas Rafa tak ingin mencari perempuan lain yang lebih pantas untuk menjadi Istri
Mas Rafa?” tanya Erika dengan tenangnya. Rafael melirik wajah istrinya yang
mengatakan hal itu dengan tenangnya, sedangkan dirinya langsung terkejut saat
mendengar ucapan Istrinya itu. Rafael kaget bukan main, dengan jalan pikiran
Istrinya itu. Kadan-kadang Erika memang sedikit membuat Rafael bingung.
“aku tak pernah mempermasalahkan semua itu, toh
semua itu adalah ujian dari Allah. Jika aku lari dan mencari Istri lagi betapa
banyak yang akan tersakiti, bukankah dulu aku pernah mengatakan kepadamu bahwa
aku akan menjadi Suamimu yang pertama dan terakhir, dan pernikahan ini akan
menjadi pernikahan mu yang pertama” jawab Rafael menolak saran Istrinya yang
begitu mengada-ada itu.
“Tapi kan Mas Rafa tak pernah mengatakan bahwa ini
adalah pernikahan terakhir Mas Rafa, Mas Rafa hanya bilang kalau pernikahan ini
adalah pernikahan terakhir untuk Erika. Erika Rela Mas, jika Mas Rafa ingin
menikah lagi, Erika ikhlas Mas!” jawab Erika yang terlihat begitu semangat
menginginkan Rafael untuk menikah lagi. Rafael tertegun, Istrinya mulai menguji
kesabarannya.
“Maaf mas bukan maksud Erika ingin membuat Mas Rafa
marah dengan saran Erika yang konyol ini, Erika hanya ingiN Mas Rafa bahagia.
Lagi pula jika Mas Rafa bahagia dengan menikah lagi, Erika pun akan merasa
bahagia. Erika percaya Mas Rafa mampu bersikap adil dengan kedua Istri Mas Rafa
jika Mas Rafa menikah lagi.”
***
Malam
ini Rafael tak mampu memejamkan matanya sejenak, pikirannya melayang jauh.
Sesekali dia melihat Istrinya yang tertidur dengan nyenyak di sampingnya.
Betapa cantiknya sosok Istri yang Allah berikan pada Rafael untuk menemani
Hidupnya hingga ajal menjemputnya nanti. Setiap sudut wajahnya memancarkan
Aura-aura bahagia meski sebenarnya hidupnya begitu berat untuk di jalani, dari
penyakit yang menggerogoti tubuhnya hingga kebimbangannya untuk membahagiakan
Rafael. Rafael memeluk tubh Istrinya, merasakan setiap detak jantungnya yang
berdetak begitu seirama. Jam menunjukan pukul 01.00 malam, Rafael belum juga
bisa memejamkan matanya tiba-tiba Rafael ingin sholat Istiqarah, setelah Sholat
jiwanya seolah terbuka dan tenang. Tak lama akhirnya dia tertidur dalam balutan
Indah malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar